Tulisan ini mencoba mengurai dalam perspektif ekonomi konstitusi terkait peran, peluang, tantangan beserta upaya yang telah dilakukan pemangku kepentingan (stakeholders) sektor energi dan hasil yang telah dicapai atas implementasi transisi energi. Terutama, hasil dan manfaat atau nilai tambah sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia.
*Nilai Tambah Cofiring Untuk Rakyat*
Secara umum, memang terdapat tantangan cuku pelik bagi BUMN sektor energi atas isu transisi energi ini. Namun, hal itu bukan menjadi halangan berkreasi bagi PLN yang telah berhasil mencatatkan kinerja rasio elektrifikasi (RE) nasional mencapai 99,79 persen pada tahun 2023, dengan melayani sejumlah 81.556.202 rumah tangga yang berlistrik secara nasional. Maka, PLN juga langsung bergerak cepat menjalankan perintah Presiden Joko Widodo terkait implementasi transisi energi tersebut. Capaian lainnya yang berkinerja positif, yaitu melalui pelistrikan pertanian atau Electrifying Agriculture (EA) sebuah inovasi nyata untuk mewujudkan transisi energi yang berkeadilan di Tanah Air. Program yang konsisten dijalankan oleh PT PLN (Persero) ini tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, melainkan juga pada perekonomian masyarakat dan daerah.
Terkait isu energi kotor yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang diminta segera "dimatikan" pun, PLN melakukan berbagai upaya kreatif dan solutif. Salah satu upaya yang dilakukan oleh jajaran PLN adalah melalui teknologi pembakaran campuran atau dikenal dengan istilah *Cofiring*. Cofiring adalah proses pembakaran campuran bahan bakar fosil dengan bahan bakar sumber energi terbarukan, seperti biomassa, biogas, atau hidrogen. Program ini dilakukan dengan mencampur biomassa, seperti serbuk gergaji, sekam padi, dan cangkang sawit, dengan batu bara pada PLTU. Pembakaran campuran ini merupakan langkah substitusi batu bara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa seperti "pellet" kayu, sampah, cangkang sawit dan serbuk gergaji (sawdust) hingga limbah.Hasilnya, menurut data resmi PLN, pada periode 2022 BUMN ini telah berhasil mengimplementasikan teknologi co-firing di 36 lokasi PLTU. Teknologi ini mampu memproduksi energi sebesar 575,5 GWh dan menurunkan emisi karbon sebesar 570 ribu ton CO2 dengan memanfaatkan biomassa sejumlah 542 ribu ton. Bahkan, implementasi cofiring PLTU ini pada periode 2023 telah berhasil mereduksi atau mengurangi polusi yang dihasilkan emisi karbon hingga 1,05 Juta ton CO2e. Capaian sepanjang tahun 2023 ini meningkat jika dibandingkan realisasi tahun 2022. Dalam produksi reduksi emisi misalnya, PLN mampu menambah pengurangan emisi hingga 450 ribu ton CO2. Produksi energi bersih sepanjang 2023 mencapai 1,04 terawatt hour (TWh) atau tumbuh lebih dari 77% dari realisasi tahun sebelumnya (tahun 2022) yang sebesar 575 gigawatt hour (GWh) di 43 PLTU dari 52 unit milik PLN.