Berbagai langkah strategis telah dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia (RI) terpilih Prabowo Subianto dalam rangka memantapkan kerjasama internasional dan membangun fondasi pembangunan untuk pemerintahan mendatang. Meskipun dalam kapasitas sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) kunjungan ke beberapa negara penting dalam konstelasi politik global saat ini tidak ayal juga menjadi ajang "sosialisasi" visi-misi *Asta Cita* dari pasangan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka tersebut. Bahkan, implementasi dari arah dan kebijakan politik luar negeri *Bertetangga yang Baik* atau *Good Neighbor Policy* yang disampaikan saat debat calon Presiden (capres) telah mulai secara bertahap dijalankan dalam posisi sebagai pembantu Presiden Joko Widodo dalam kabinet Indonesia Maju. Misi bertetangga baik tersebut diterapkan melalui dua (2) jalur, yaitu kesejarahan (historical way) dan ketetanggaan (neighborhood way).
Setidaknya, hal itu tergambar dalam empat (4) kunjungan luar negeri terakhir Menhan yang sekaligus Presiden RI terpilih Prabowo Subianto ke negara sahabat dan tetangga dekat, yaitu Turki, Rusia, Australia dan Papua Nugini. Kunjungan kerja ke luar negeri dari Presiden terpilih ini bisa saja ditafsirkan dalam kerangka pelaksanaan sejak dini
misi Asta Cita butir ke-2, yaitu memantapkan sistem pertahanan dan keamanan negara. Namun, lebih penting dari itu adalah untuk memperkokoh ideologi Pancasila dalam konteks demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) pada misi ke-2 Asta Cita kaitannya dengan sistem ekonomi kapitalisme yang mendominasi dunia dan bertentangan dengan konstitusi UUD 1945. Hasil kunjungan itu dapat dianggap penting dan strategis untuk meneguhkan terminologi *Indonesianomic* dalam konsepsi pembangunan negara oleh pemerintahan periode 2024-2029.
Cara Pandang Kemitraan Strategis
Dua (2) negara awal, yaitu Turki dan Rusia dalam lawatannya ke luar negeri pasca terpilih sebagai Presiden RI berada dikawasan strategis Asia dan Eropa sebuah posisi kunci dalam membangun jangkar kerjasama dibelahan dunia. Kedua negara ini berpotensi mempengaruhi stabilitas ekonomi dan politik dikedua kawasan tersebut terutama bagaimana upaya mengakhiri konflik di Timur Tengah dan Eropa bagian timur, khususnya yang berlangsung antara Israel-Palestina dan Ukraina-Rusia yang mengabaikan prinsip kemanusiaan dan keadilan. Tanpa adanya peran dan kemauan kuat dari kedua negara strategis itu, maka pertikaian diantara negara-negara di Timur Tengah dan Eropa bagian timur akan sulit dihentikan serta berdampak pada stabilitas perekonomian dan perdamaian kawasan, bahkan dunia.
Saat kunjungan ke Turki, Menhan RI, Prabowo Subianto bertemu Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan di Ankara, Turki, pada hari Selasa 30 Juli 2024. Kedatangan Menhan RI ini disambut secara resmi dengan prosesi kenegaraan di Istana Kepresidenan Turki dan dilanjutkan pertemuan terbatas. Adalah penguatan kemitraan strategis Indonesia-Turki di bidang kerjasama pertahanan dan industri pertahanan menjadi pembahasan kedua belah pihak. Menhan Prabowo dan Presiden Erdogan mengakui peran penting yang dijalankan oleh Indonesia dan Turki sebagai pemimpin di kawasan yang harus memiliki kontribusi besar dan strategis bagi terciptanya perdamaian dunia.
Secara umum, pokok bahasan kunjungan luar negeri Menhan RI tidaklah terlalu jauh berbeda. Begitu pula halnya, saat melakukan pertemuan dengan Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, pada Rabu 31 Juli 2024. Selain berterima kasih kepada Presiden Vladimir Putin atas sambutan tuan rumah, Menhan RI sekaligus juga menyampaikan salam terbaik dari Presiden RI Joko Widodo. Dalam pertemuan ini, Menhan Prabowo menyoroti hubungan persahabatan jangka panjang dan dukungan historis yang diberikan Rusia (sebelumnya Uni Soviet) kepada Indonesia, termasuk infrastruktur dan bantuan militer, serta menekankan komitmen Indonesia untuk membangun kerjasama lebih intensif dengan Rusia.Tiga hari pasca peringatan HUT ke-79 RI, Menhan RI Prabowo Subianto lalu melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese MP dan Deputy Prime Minister and Minister for Defence, Richard Marles MP, di Canberra, Australia, pada Selasa 20 Agustus dan Rabu 21 Agustus 2024 Perdana Menteri (PM) Papua Nugini James Marape. Topik pembahasan juga masih terkait dengan peningkatan kerjasama kemitraan strategis bidang pertahanan-keamanan antara kedua negara yang bertetangga dekat dengan Indonesia. Menhan RI menekankan pentingnya hubungan persahabatan dengan Australia disebabkan oleh dukungan kuat negara tersebut bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa tahun 40-an.
Sementara itu, dengan PM James Marape, secara khusus membahas kerjasama bidang pendidikan yang ruangnya telah ditawarkan tahun lalu (2023) kepada para perwira, taruna muda serta putera-puteri Papua Nugini di Universitas Pertahanan RI. Hal mana ini sebagai langkah awal untuk membangun kerjasama lebih konstruktif dalam bertetangga melalui pengembangan SDM. Kerjasama ini jelas bermanfaat dalam hal membangun komunikasi dan saling pengertian antara kedua negara yang berbatasan untuk mengakhiri kecurigaan atas separatisme provinsi paling timur di Indonesia.
Turki dikenal dengan simbol negara Islam modern yang berhasil mecapai kemajuan tanpa meninggalkan nilai peradabannya melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Sedangkan, Rusia adalah negara blok Timur dari Eropa yang dulu dikenal menerapkan politik tangan besi dengan sistem ekonomi komunismenya juga telah mengalami perubahan cara pandang atas dunia Islam. Turki dan Rusia merupakan contoh negara yang maju secara demokratis melalui kepemimpinan Presiden yang mendapat dukungan rakyatnya bukan dengan dukungan para pemodal apalagi pencitraan.