Peran media sangat krusial dalam Pilkada 2024, terutama dalam membangun citra para kandidat perempuan. Teori Framing oleh Erving Goffman menjelaskan bagaimana media membingkai berita tentang kandidat dan membentuk persepsi publik. Jika media hanya fokus pada aspek penampilan atau kehidupan pribadi kandidat perempuan, maka masyarakat mungkin kehilangan pandangan yang lebih objektif tentang visi politik mereka. Sebaliknya, jika media memberi perhatian yang adil terhadap visi dan kebijakan kandidat, ini akan memberikan kontribusi positif terhadap citra kepemimpinan perempuan.
Pada era kampanye modern, kandidat perempuan perlu lebih cerdas dalam memanfaatkan media sosial untuk mengontrol narasi. Media digital memberikan mereka kebebasan untuk membentuk persepsi publik secara langsung, tanpa terlalu tergantung pada media tradisional.
Untuk dapat menang di Pilkada 2024, kandidat perempuan harus menggunakan strategi komunikasi yang cerdas. Teori Agenda Setting sangat relevan, karena menunjukkan bahwa para kandidat perlu fokus pada isu-isu yang relevan dengan pemilih, seperti kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan. Dengan menekankan pada agenda-agenda ini, kandidat perempuan dapat memengaruhi opini publik dan menarik dukungan yang lebih luas.
Komunikasi interpersonal juga menjadi aspek penting, terutama di level politik lokal. Kandidat yang mampu berinteraksi langsung dengan pemilih akan membangun kedekatan emosional yang lebih kuat, meningkatkan kepercayaan, dan loyalitas pemilih. Pilkada 2024 diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam representasi perempuan di panggung politik Indonesia. Meskipun tantangan terkait stereotip gender masih ada, dengan strategi komunikasi politik yang efektif, kandidat perempuan memiliki peluang besar untuk mengubah persepsi publik dan memenangkan hati pemilih. Media, baik digital maupun tradisional, diharapkan memberikan ruang yang adil bagi kandidat perempuan untuk menunjukkan kualitas dan kompetensi mereka, sehingga demokrasi kita semakin inklusif dan setara.(*)