Plastik Berbandul Batu dan Kearifan Lokal

Foto Yuni
×

Plastik Berbandul Batu dan Kearifan Lokal

Bagikan opini
Ilustrasi Plastik Berbandul Batu dan Kearifan Lokal

Setelahnya, penjual kemudian berkeliling sambil menyerukan dagangannya. Ada yang meneriakan, "yo pisang goreng jo katan" atau seruan lain, sesuai jenis dagangannya. Ada juga yang tak pakai singguluang, karena terkadang terasa ribet, sering jatuh.

Saya, beberapa dekade lalu, pernah "berprofesi" seperti Nia, gadis cantik, 18 tahun yang diperkosa dan dibunuh pria biadab di dekat rumahnya, di Kayu Tanam saat berjualan gorengan. Saya sendiri telah melakoni berjualan gorengan sejak usia 4 tahun hingga kelas 2 sekolah menengah pertama.

Masih jelas teringat, pertama kali dengan tubuh mungil saya, saya membawa beberapa goreng keladi dan berkeliling di dekat sekitar Lapangan PSTS Tabing, Padang, Sumatra Barat.

Mungkin ada yang tak percaya, seusia itu saya sudah berjualan. Tapi itulah faktanya. Tak hanya gorengan, saya juga pernah berjualan marapalam, sejenis mangga berukuran kecil. Lalu Tebu yang dipotong-potong dan dimasukan ke plastik.

Balik lagi soal plastik berbandul batu. Itu saya pakai saat menjual gorengan saja. Biasanya saya atau adik atau Umi, ibu saya meminta plastik bekas tempat kerupuk ke pedagang di warung.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini