Apalagi penghentian peperangan yang dimotori G20 ini penting dalam menjalankan berbagai isu dan permasalahan perubahan iklim (climate change) melalui transisi energi dengan pembangunan energi baru dan terbaharukan, yang bersih serta ramah lingkungan. Membiarkan peperangan berlanjut, justru kontraproduktif dengan tujuan SDGs mengatasi permasalahan FEW atau pangan (food), energi (energy) dan air (water). Peperangan, selain menimbulkan korban jiwa juga mengotori dan memunculkan ketidakramahan lingkungan serta merusak tatanan dunia baru yang dicita-citakan G20. Sebagai tuan rumah dan pendiri BRICS, Brazil merupakan salah satu contoh negara yang berhasil melakukan transisi energi yang memberikan manfaat dan dampak pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian rakyat dan pertumbuhan ekonomi negaranya.
Last but not least, adalah kunjungan kenegaraan Amerika Serikat dan yang pamungkas ke Inggris menjadi waktu yang sangat tepat momentumnya untuk menguatkan cara pandang (persepsi) bersama terkait model kerjasama pertahanan dan keamanan negara dimasa depan untuk tujuan terciptanya perdamaian kawasan dan dunia. Motto bersahabat dan bertetangga baik tanpa sekat (non blok) ini diperkuat oleh tidak ada masalah bagi Indonesia bekerjasama dengan negara-negara manapun, bahkan komunisme dan kapitalisme sejauh didasari perikemanusian dan perikeadilan. Inilah pengaruh dan kekuatan sebagai super power baru dunia yang dimiliki oleh Indonesia melalui politik tinggi (high policy) oleh Presiden Prabowo Subianto. Hal mana telah dijalankan saat berkunjung ke negara penting lainnya, yaitu Turki dan Rusia pada 30-31 Juli 2024 lalu. (*)Momentum APEC dan G20 Bagi Indonesia Super Power Baru
Ekonom Konstitusi
Opini lainnya
eriandi
Tawuran dan Balap Liar
Tawuran dan Balap Liar
Catatan Cak AT
Fase Terakhir Neo-Zionisme
Fase Terakhir Neo-Zionisme
Ahmadie Thaha
Jangan Ada Susu
Jangan Ada Susu
eriandi
Pelatih Baru
Pelatih Baru