Suatu ketika lagi, anak kesayangan saya yang bernama Z itu berulah lagi, saya rekam dia sembari saya bilang,”nanti rekaman ini akan ibuk kirim kepada bapak bupati”.Lalu dia marah dan berucap “Kau kirim saja tidak apa-apa”.Teman-temannya mengadu kalau dia melawan.
Saya bilang lagi sambil mengusap kepalanya. ”Terimakasih ya Z, sudah kasih ibu hadiah. Sudah 38 tahun ibu mengajar baru Z yang bisa ngasih ibu hadiah, dengan memanggil kau. Mudah-mudahan Z dengan setulus hati ibu, menjadi anak sukses kelak”.
Setelah jam pulang berakhir saya kembali ke kantor. Saya lihat Z berdiri di pintu kantor sambil memandang saya dengan pandangan memelas dan merasa bersalah. Ketika saya tanya, ada apa, dia langsung mengulurkan tangannya untuk minta maaf. Saya sambut uluran tangannya sambil memeluk nya.
Semenjak saat itu Z menjadi anak yang perhatian. Suka membantu membersihkan kelas. Z selalu menyisihkan makanan untuk saya setiap hari, terkadang saya terpaksa berdusta, kalau sedang puasa. Saya tahu dia sukar untuk fokus belajar, dan saya punya cara bagaimana membuat dia bisa belajar. Saya biarkan dia bermain dulu, tapi dia tidak boleh mengganggu ketenangan kelas.
Saat itulah temannya saya ajar dan setelah selesai saya jelaskan materi pada temanya barulah saya memberinya tugas, serta memeluknya agar dia bisa tenang ketika saya ajar membaca, karena dia memang belum bisa membaca.
Kepercayaan diri saya kembali lagi, yang awalnya saya merasa dunia mendidik saya telah berakhir, karena selama 38 tahun mengajar, walau saya dikenal dengan seorang guru killer, tegas dan disiplin, tapi belum pernah saya menjumpai siswa separah si Z. Nampaknya seorang guru itu harus belajar, sepanjang hayat, walau kita sudah di bergelar guru senior.Menghimpun Alumni Memajukan Sekolah
Berada di SD yang baru ini bagi saya adalah kembali kemasa kecil, dimana di SD ini saya dididik bapak dan ibu guru tercinta, bermain dan mengukir kenangan bersama teman-teman semasa usia SD. Kenangan di masa SD inilah yang tidak akan pernah terlupakan.
Masih segar di ingatan saya, ketika teman-teman asik main lompat karet, main petak umpet, dan engklek yaitu semua permainan itu adalah permainan tradisional. Berbeda dengan saya yang selalu masuk sendirian ke ruang onggokan buku perpustakaan, dan mengambil beberapa buku.
Buku bacaan itu saya baca setiap istirahat. Sisanya saya bawa pulang. Kenapa saya suka membaca, karena cerita buku itu akan saya cerita ulang untuk teman-teman sama mengaji yang bermalam di rumah saya, karena bapak saya adalah seorang guru mengaji rumahan.