Catatan Mengikuti The World Thinkers n Writers Peace Meet di Kolkata India; Puisi Sebagai Sebuah Pertunjukan?

Foto Sastri Bakry
×

Catatan Mengikuti The World Thinkers n Writers Peace Meet di Kolkata India; Puisi Sebagai Sebuah Pertunjukan?

Bagikan opini
Ilustrasi Catatan Mengikuti The World Thinkers n Writers Peace Meet di Kolkata India;  Puisi Sebagai Sebuah Pertunjukan?

Prof Malachi Edwin, penyair dari Universitas Nottingham, Malaysia menjelaskan, puisi bukan bicara diri kita sendiri tetapi bagaimana merefleksikan pikiran kita dan perasaan kita tentang sekeliling kita sebagai bukti kepedulian lingkungan. Kepekaan seniman penyair itulah yang ingin diasuh lewat puisinya.

Diskusi semakin menarik ketika sampai pada pembahasan buku Love n Lost, karya Prof Malachi Edwin Malaysia. Ia mengatakan tidak perlu dalam sebuah karya mengekspresikan hal yang besar . Cukup sederhana saja tapi menyentuh masalah manusia. Puisi- puisi Kahlil Gibran menjadi perhatian karena sangat menunjukkan eksistensi diri dan ekspresikan emosi. Soal cinta dan kehilangan itu masalah yang selalu menyentuh manusia dan abadi. Tinggal bagaimana kita mengungkapkannya dengan bahasa yang indah.

Seorang dosen di Universitas Adamas yang juga ahli memainkan 7 alat musik bertanya dan mengungkapkan rasa senangnya jika puisi dipadu dengan musik. Ia mempertanyakan tentang sebagian penyair yang enggan berkolaborasi dan menutup diri. Hanya mau membaca puisi dengan biasa saja.

Memang penyair, musisi , seniman berkarya sendiri dalam imajinasi kreatifnya. Bahkan bisa disebut dalam sunyi sepi tapi ketika hasilnya dipublikasikan diperlukan kolaborasi. Dan bisa dinikmati banyak orang.

Tobias Burghardt, penyair Jerman, baginya puisi adalah semua kehidupan, dia puncak kehidupan manusia karena puisi penuh imajinasi. Untuk mempromosikan dan mempertunjukan emosi lewat musik, nyanyi, tari akan lebih menyentuh.

Hidup adalah puisi yang memberikan pengalamam intelektual dan emosi yang otentik.

Jangan katakan tidak untuk puisi modern karena puisi itu sendiri terus berkembang sesuai eranya. Menulis dan pertunjukan kreatif itu lebih penting untuk mengekspresikan jiwa.

Tapi bagi Purist, penyair murni pun tak salah, karena membaca puisi dalam sepi, bahkan tak boleh tepuk tangan, meski sesungguhnya yang ada hanya berkarya dalam diam .

Tapi sekarang ada gerakan perubahan. Tetapi tetap menjaga identitas karya masing-masing. Lebih penting berkarya bukan atas tekanan, perintah atau atas desakan dari luar tetapi harus dari dalam diri hasil perenungan yang otentik dan original sebagai manusia.

Orang Indonesia suka sensitif?

Bagikan

Opini lainnya
Terkini