Perilaku Ago ma-ago; Pembuktian Falsafah Hidup Minangkabau Melalui Riset

Foto Abdul Aziz
×

Perilaku Ago ma-ago; Pembuktian Falsafah Hidup Minangkabau Melalui Riset

Bagikan opini

Hasil penelitian ini mendukung pandangan bahwa perilaku yang berakar dari adat dan budaya lokal (Bhasin, 2021; Straub et al., 2002), seperti budaya ago ma-ago diMinangkabau, tetap bertahan meskipun terpapar oleh revolusi teknologi dan evolusisosial. Temuan ini selaras dengan falsafah budaya Minangkabau yang menyatakan bahwa adat dan budaya “indak lapuak dek hujan, indak lakang dek paneh”. Falsafahini mengandung makna bahwa adat, termasuk budaya ago ma-ago, tidak akan berubah oleh kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, karena adat berakarkuat dalam hati sanubari para penganutnya (Hatta, 1979; Koentjaraningrat, 1985).

Dalam konteks budaya Minangkabau, terbukti bahwa kaum millennial Minangkabau yang tinggal di Sumatera Barat cenderung lebih aktif dalam berperilaku ago ma-agodan sangat selektif dalam berbelanja. Selalu mempertimbangkan urgensi dankebutuhan sesuai waktu, dengan falsafah “bila seharusnya ia dimiliki, dan bilasaatnya wajib dimiliki”. Sebaliknya, kaum millennial Minangkabau di perantauanmemiliki kecenderungan berorientasi pada penghematan, di mana keputusan berbelanja lebih banyak dipengaruhi oleh harga. Namun ketika harus berbelanja,maka mereka tetap memiliki keinginan yang kuat untuk berperilaku ago ma-agosebelum memutuskan untuk membeli.

Kedua fenomena ini selaras dengan falsafah Minangkabau “ingek sabalun kanai, kulimek sabalun abih”, yang bermakna bahwa masyarakat Minangkabau dianjurkan untuk hidup hati-hati dan hemat demi keberhasilan di masa depan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa generasi millennial asalMinangkabau, baik secara sadar maupun tidak, tetap mempertahankan budaya "agoma-ago" sebagai simbol dan ciri khas "orang Padang nan pa-ago." Temuan inimembuktikan secara ilmiah bahwa budaya tersebut telah menjadi bagian yangmelekat dalam identitas mereka. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa etnis Minangkabau memiliki pendirian budaya yang kuat, sehingga tidakmudah terpengaruh oleh evolusi sosial yang mungkin dianggap mengancamkeberlanjutan budaya bagi etnis lainnya.

Di ujung diskusi Ketua Kelompok Peneliti, Prof. Ratni Prima Lita berujar “ternyata dalam waktu 3 bulan kita dapat menyelesaikan riset berkualitas yang layakdipublikasikan pada jurnal bereputasi internasional”. Dr. Ma,ruf dan Dr. Verinita serta Ir. Abdul Aziz, MM sebagai anggota peneliti terlihat menggangguk puas.

Dalam kesempatan terpisah, Prof. Herri, Ketua Program Studi Doktor Manajemen Universitas Andalas, mengimbau para mahasiswa program doktor serta kelompokkelompok peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas untukmemaksimalkan penggunaan Cubical Room sebagai fasilitas pendukung riset danpenelitian. Cubical Room dilengkapi dengan puluhan komputer berkemampuan tinggi dan akses ke berbagai jurnal internasional, yang telah disediakan oleh pihakkampus selama tiga tahun terakhir untuk mendukung kegiatan penelitian akademik.(*)

Bagikan

Opini lainnya
Terkini
pekanbaru