Bisnis rasa sepi, labanya besar. Pahala dapat. Tak percaya? Baca sampai selesai. Hehehe
**
Ketika seseorang mulai terkenal hari yang sama dia langsung kesepian. Tatkala seseorang tak pernah merasa seperti itu, dia orang baik.
Yang kesepian seringkali pula menghinggapi orang kehilangan jabatan. Apalagi kehabisan sumber pemasukan. “Jan ka urang, langau se indak inggok lai,” kata urang awak. Ini siapa yang salah menafsirkan kehidupan? Yang kehilangan jabatan atau orang di sekitarnya? Menurut seorang ulama, masalah ada pada orang sekitar. Kenapa demikian karena orang dinilai dari uangnya saja. Padahal dalam hidup tidak mesti begitu. Bahkan acap muncul di medsos, kita dibilang sombong karena tidak mau kasih uang. Hutang pun tak mereka bayar, diminta, “dek lai mah,” jawabnya.
Sepanjang sejarah budaya kita orang kaya selalu jadi sasaran. Termasuk dalam kenaikan pajak dan tarif-tarif. Bahkan dalam dekade lampau — sekarang sudah berkurang — lebih baik miskin ketimbang kaya kata pengajian. Untuk apa kaya kalau makan ini itu tak boleh. Padahal lebih baik kaya dan bisa makan apa yang diinginkan.
Intinya, bekerja sekuatnya. Sebuah film berjudul “Lucy” buatan Amerika soal otak, bisa jadi renungan. Kita mesti memanfaatkan otak sendiri semaksimal yang kita bisa. Walau film itu disebut keliru, tapi otak memang sangat penting.Otak, pikiran, hati dan kalbu, selalu disebut beriringan. Karya-karya hebat dunia bergelut di seputar itu dalam membaca situasi.
Karena itu, seseorang yang kesepian adalah nasibnya sekaligus nasib bersama. Selalu saja disebut, “akan tiba waktunya.” Bisa karena penilaian orang, bisa pula disebabkan semua kawan telah tiada, termasuk pasangan sendiri. Rasa sepi itu terlukis dengan baik dalam cerpen AA Navis, “ Tamu yang Datang di Hari Lebaran.” Sebenarnya juga dalam cerpen “ Robohnya Surau Kami.”
Karena orientasi kita adalah kesuksesan maka yang sukses dan kemudian berakhir, dia memang cenderung kesepian. Ini karena sebelumnya lupa kacang pada kulit atau kata lain sombong. Atau karena penilaian dari luar dirinya.
Bahkan sekarang anak muda banyak yang kesepian karena dunia hanya kamar dan telepon genggam. Yang tidak kesepian tawuran di luar saat dinihari, seperti di Padang.