Menjemput Gelar Pahlawan Nasional untuk Chatib Sulaiman

Foto Fikrul Hanif Sufyan
×

Menjemput Gelar Pahlawan Nasional untuk Chatib Sulaiman

Bagikan opini
Ilustrasi Menjemput Gelar Pahlawan Nasional untuk Chatib Sulaiman

Melihat kepiawaian Chatib memenej sekolahnya, Anwar Sutan Saidi pun meminta Chatib untuk mengelola PT. Inkorba. Anwar juga menugasi Chatib sebagai Wakil Direktur Persatuan Dagang Bumiputera, serta mengelola perusahaan untuk kemandirian ekonomi bangsa. Setelah duduk di Persatuan Dagang Bumiputra, Chatib segera melakukan koordinasi, untuk melawan korporasi asing yang menguasai perekonomian Sumatra Barat dari tahun 1938 sampai 1940.

Dari Tuntutan Indonesia Merdeka hingga Merintis Giyugun

Pada 1940, Chatib memutuskan untuk mengakhiri “puasa”nya di dunia pergerakan. Di akhir kekuasaan Hindia Belanda, Chatib Sulaiman dengan beberapa kawannya mempersiapkan gerakan tanggal 12 Maret 1942. Mereka menuntut Asisten Residen Padang Panjang mengakui Merah Putih, dan kemerdekaan Indonesia (Sufyan, 2020).

Aksi protes yang digagas eks PNI Baru dan PSII Sumatra Barat itu gagal, karena rencana mereka keburu bocor. Akibatnya Chatib Sulaiman bersama Leon Salim, Murad Saad, Chaidir Gazali, St Rajo Bujang dan Dt Mandah kayo diciduk veldpolitie dan PID tanggal 11 Maret 1942. Mereka dituduh merebut kekuasaan. Mereka pun dibuang ke Kutacane (Aceh Selatan) selama delapan hari (Salim, 1980).

Pasca hengkangnya Belanda, pemerintah Dai Nippon pun merekrut Chatib. Mereka melihat besarnya potensi Chatib untuk menjembatani hubungan mereka dengan orang Minangkabau. Chatib pun terlibat di sejumlah organisasi, mulai dari Pemuda Nippon Raya (1942), Minangkabau Syu Sangi Kai (1943), dan Minangkabau Hokokai tahun 1944 (Atjeh Sinbun, 18 Zyu-Iti-Gatu 2604).

Sumbangsih terbesar Chatib jelang Indonesia merdeka dan pada TNI adalah perekrutan pemuda dalam barisan Giyugun (Zed, 2005). Kisahnya bermula di pertengahan tahun 1943. Chatib mengusulkan kepada Gubernur Sumatra Barat Yano Kenzo, untuk segera membentuk barisan militer diberi nama Laskar Rakyat. Usul ini langsung ditanggapi, setelah Komando Angkatan Darat yang berkedudukan di Saigon Vietnam–memerintahkan untuk segera membentuk Kyodo Boei Giyugun pada 8 September 1943.

Panglima Tentara ke25 Tanabe memberi kewenangan penuh kepada Gubernur Yano Kenzo, untuk melaksanakan pembentukan tentara sukarela Giyugun. Pada 14 Oktober 1943, Chatib Sulaiman memimpin dan memelopori terbentuknya panitia untuk pembentukan Giyugun Konsetsu Honbu (Salim, 1980).

Sejak bertanggung jawab dalam Giyugun, Chatib sibuk berkeliling Sumatera Barat untuk merekrut calon perwira Giyugun, sebagian besar waktunya digunakan untuk bolak-balik antara Padang dan Bukittinggi. Jumlah tentara Giyugun di Sumatera Barat dalam catatan awal berjumlah 1000 orang, dengan jumlah tertinggi 2000 orang dengan pangkat tertinggi Letnan Satu (1 orang), 40 orang berpangkat Letnan Dua, dan 80 orang setingkat Bintara. Seluruh pasukan Giyugun menjalani latihan selama tiga sampai enam bulan (Sufyan, 2020).

Bagikan

Opini lainnya
Terkini