Koran Het Nieuws van den Dag tanggal 30 Juni 1902 mengabarkan bahwa instalasi bor minyak di Kolok akhirnya dibongkar. Semua material dibawa ke Sawahlunto dan proses transportasi ini yang ditarget akan kelar dalam waktu enam minggu ternyata makan waktu lebih lama sebab seringnya hujan lebat. Kemudian, instalasi rumit dan mahal ini diangkut ke Teluk Bayur (Emmahaven), terus ke Palembang via laut. Menurut perkiraan butuh enam bulan sebelum semua material siap angkut. Tambang minyak bumi di Kolok pun dianggap gagal total.
Percobaan eksplorasi minyak bumi di Kolok menjadi petunjuk bahwa minyak bumi memang ada di Sumatera Barat. Namun, kelayakan eksplorasinya dalam skala besar dipandang tidak ekonomis, menurut pengetahuan dan teknologi 125 tahun yang lalu. Apakah jika dicoba dengan teknologi saat ini atau masa depan akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda tentu perlu penelusuran lebih lanjut. Demikian juga, jika tidak mungkin dalam skala besar, apakah eksplorasi skala kecil dan menengah sumber minyak bumi di Kolok layak diusahakan tentu juga perlu ditinjau lebih jauh.Yang jelas, keberadaan sumur tambang minyak bumi di sana setidaknya menjadi aset sejarah bagi penduduk sekitar dan pemerintah, bahwa sejak 1898 s.d. 1902 di kampung tersebut pernah duit puluhan milyar dikeluarkan untuk upaya eksplorasinya, dengan sisa-sisa lokasi pengeboran yang tentu masih ada. Upaya inventarisir aset ini akan jadi nilai tersendiri.*
