Mempublikasikan hasil riset pada jurnal terindeks Scopus adalah tantangan yang sangat berat. Bahkan mereka yang telah mengabdikan diri dalam dunia pendidikan tinggi, sekaligus memegang gelar Doktor atau jabatan Profesor, tetap harus berhadapan dengan tantangan ini setiap tahunnya. Bagi seorang kandidat Doktor, perjalanannya belum dapat dianggap selesai sebelum berhasil menghadapi "makhluk" bernama Scopus.
Kita semua memahami bahwa jurnal terindeks Scopus adalah tempat berkumpulnya para ilmuwan dan peneliti untuk mempublikasikan jawaban atas keresahan intelektual mereka kepada dunia. Jawaban-jawaban ini diakui baik secara teori maupun implikasi oleh para ahli yang mungkin sama sekali tidak dikenal oleh peneliti. Dengan kata lain, seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan doktoral tetapi belum berhasil mempublikasikan hasil temuannya pada jurnal terindeks Scopus masih belum dianggap "sah" sebagai seorang Doktor.
Hari ini, seorang tenaga pendidik asal Indonesia yang mengajar di University of Western Australia, Andreawan Honora, Ph.D., mengungkap rahasia untuk menaklukkan Scopus. Karya-karya besar Dr. Andre di bidang pemasaran, yang telah dipublikasikan dalam jurnal-jurnal terindeks Scopus Q1, menjadi bukti nyata akan kemampuannya yang luar biasa dalam melakukan riset di bidang marketing.
Tentang Research Ideas
Menemukan ide riset adalah tantangan pertama yang dihadapi oleh para peneliti. Sebuah ide riset lahir dari sebuah potential problem yang perlu dicarikan jawabannya secara akademik. Kemudian, sepenting apakah problem tersebut untuk dibahas dan dicarikan jawabannya. Dan, terakhir apa kontribusi jawaban hasil penelitian tersebut terhadap pengembangan teori (theoretical contribution) maupun penerapan empiris (empirical contribution).
Salah satu kelemahan yang sering ditemui pada banyak peneliti adalah ketidak mampuan mereka dalam menemukan ide riset yang berangkat dari sebuah masalah penting atau yang menimbulkan keresahannya. Hal ini sering kali disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya persolan tersebut untuk diteliti, sehingga kontribusi yang dihasilkan, baik terhadap pengembangan teori maupun praktik, menjadi kurang signifikan.Sesungguhnya, fenomena sederhana yang terjadi di lingkungan sekitar dapat menjadi sumber ide riset. Kepiawaian peneliti dalam mengangkat masalah tersebut hingga dianggap penting dapat digali melalui pertanyaan penelitian (research question) yang dirumuskan dengan cermat. Selain itu, mencari research gap dalam literature review adalah langkah yang harus ditekuni untuk menentukan theoretical gap dan empirical gap mana yang perlu diisi melalui penelitian itu.
Research ideas menjadi menarik ketika subjek yang diangkat belum pernah diteliti sebelumnya. Namun, jika subjek tersebut sudah pernah diteliti, peneliti harus mampu menghadirkan sudut pandang baru yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Dengan demikian, subjek penelitian semacam ini dapat menarik perhatian pembaca dan para ilmuwan di tingkat global.
Gap Research
Ketika subjek penelitian tidak ditemukan research gap dalam penelitian-penelitian terdahulu (mapping), tugas peneliti adalah mencari teori yang berpotensi menjadi acuan bagi penelitian tersebut. Hal ini tidak berarti bahwa penelitian tersebut tidak layak untuk dilanjutkan. Justru, penelitian semacam inilah yang memiliki daya tarik bagi para ilmuwan di tingkat global, karena berpotensi melahirkan teori-teori baru yang signifikan.