Miskin Murah versi BPS

Foto Catatan Cak AT
×

Miskin Murah versi BPS

Bagikan opini
Ilustrasi Miskin Murah versi BPS

Bukan hanya itu, pengukuran kemiskinan perlu memperhitungkan dimensi lain seperti pendidikan, kesehatan, dan akses infrastruktur. _Multidimensional Poverty Index_ (MPI) adalah contoh pendekatan yang lebih manusiawi.

Apalagi, kebutuhan hidup keluarga sering kali tidak bisa dihitung berdasarkan individu semata. Sebuah keluarga dengan empat orang anggota jelas membutuhkan lebih banyak dari hitungan sederhana per kapita. Ataukah, BPS menghitung pula bahwa setiap anak SD yang tetap mesti makan itu harus punya pendapatan Rp21.000? Absurd.

Jadi, apakah rilis ini murni keberhasilan, atau sekadar permainan angka? Apakah pengumuman ini dirancang untuk melecut optimisme ekonomi, atau lebih kepada strategi komunikasi politik? Pada akhirnya, angka-angka ini hanya punya arti jika masyarakat benar-benar merasakan perubahannya.

Karena itu, jika pemerintah serius ingin mengentaskan kemiskinan, garis kemiskinan harus dihitung ulang dengan lebih realistis. Sebuah garis yang tidak hanya memastikan orang bisa bertahan hidup, tetapi hidup dengan martabat.

Sampai saat itu tiba, mari kita rayakan "kemiskinan terendah dalam sejarah" ini dengan setangkup nasi dan garam—mungkin cukup untuk memenuhi batas kemiskinan hari ini. Jika Anda merasa masih lapar, tenang saja, setidaknya Anda belum masuk kategori miskin.

Cak AT - Ahmadie Thaha

_Ma'had Tadabbur al-Qur'an, 20/1/2025_

Bagikan

Opini lainnya
Terkini
pekanbaru