Persoalan finansial yang membelit proyek waterleiding, menemui titik cerah pasca Datuk Sutan Perpatih – seorang hoofd district Bukittinggi, menyampaikan penjelasan Comitte Waterleiding pada Cator.
Sang Asisten Residen Fort de Kock pun mengundang para ninik mamak untuk menghadiri rapat tertutup pada 27 April 1932. Acara rapat itu dihadiri oleh Datuk Sutan Perpatih, AI Spits, juga para ninik mamak Koto Gadang. Palu pun diketuk. Cator menginginkan proyek waterleiding kembali dilanjutkan.
Pada Agustus 1932 waterleiding resmi dilanjutkan proyeknya di bawah pengawasan Jazid Dt. Rajo Mangkuto – seorang supervisor yang juga putra dari Koto Gadang.
Pada awal Januari 1933, pemasangan pipa pun rampung. Air sudah bisa mengalir dari penangkap air Bulakan Batupai 1.054 dpl, ke bak Galudua 1.020 dpl (1932) di Nagari Koto Tuo, bak Gantiang 980 dpl, menuju Bak Gobah 925 dpl di Nagari Koto Gadang, untuk nantinya berakhir alirannya di Fort de Kock.
Pasca waterleiding rampung dilaksanakan, masyarakat dan para pembesar di Nagari Koto Gadang pun bersiap untuk melaksanakan pesta hajatan, untuk membuka kran dari sumber bak air yang ada di Koto Gadang.
Pada 30 Janauri 1933 tamu yang diundang pun hadir, di antaranya Asisten Residen Fort de Kock W.J Cator, AI Spits (Asisten Residen Agam), dr A Saleh Sutan Perpatih (hoofddistrict Bukittinggi), Imam Batoeah (hoofddistrict Biaro), Theunissen (Passerfonds), Jazid Rajo Mangkuto, dan Boehar dan Noezer (kepala tukang waterleiding). hoofd penghulu dari Nagari Guguak, Datuk Temanggung dari Nagari Koto Tuo, dan lainnya (de Sumatra Post, 5 Februari 1933).Dalam pesta yang yang dilaksanakan meriah. Anak-anak dan keturunan dari Koto Gadang pun sudah membanjiri perayaan tersebut. Para perantau Koto Gadang yang berasal dari Sabang sampai ke Fakfak Papua pun menghadiri acara – yang direncanakan dibuka oleh Residen Sumatra Westkust, B.H.F Van Heuven (Sumatra-bode, 3 Februari 1933).
Namun, di hari yang ditunggu-tunggu warga Koto Gadang itu, Heuven berhalangan hadir. Ia pun mengutus Fanoy – asisten residen Padang, untuk memberikan sambutan dalam acara peresmian waterleiding di Koto Gadang (De Waterstaats Ingenieur No.3, 1933)
Dalam sambutannya, Fanoy memuji Koto Gadang harus dicontoh oleh negeri lainnya di Sumatra Westkust. “Anak negerinya selalu berusaha bagi kemajuan negerinya. Orang K.G yang di rantau menolong usaha dengan uangnya, walaupun sekarang adalah waktu susah. Tetapi kebutuhan negerinya selalu dipentingkannya” – demikian Fanoy menyanjung tinggi uletnya orang Koto Gadang membangun saluran air bersih untuk negerinya.
Sambutan Fanoy jelas mengindikasikan, hadirnya waterleiding bersumber dari semangat kebersamaan dari warganya baik di Koto Gadang maupun yang berada di perantauan. Bukan berasal dari perorangan, maupun orang yang berpengaruh di Koto Gadang.