Saat ini, penggunaan AI dapat dijumpai hampir dalam segala aspek kehidupan dan dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat dari berbagai usia. AI (Artificial Intelligence) merupakan kecerdasan buatan yang tentunya mempermudah masyarakat terutama remaja hingga dewasa dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dalam sekejap. Dalam membuat sebuah presentasi, siapapun dapat menggunakan website tak berbayar yang menyediakan AI Presentation Maker seperti visme.co.
Tidak hanya membuat slide presentasi dengan template kreatif dalam hitungan detik, Presentation Maker dengan fitur AI dapat menyediakan puluhan slide dengan hanya memasukkan topik yang akan dipresentasikan. Jika dahulu membuat poster harus memiliki kemampuan pemahaman aplikasi design, dengan AI Picture Generator seperti Bing dan Graphic Design seperti Canva, sebuah desain gambar sesuai deskripsi yang diketik dapat dihasilkan dan diolah menjadi poster dengan template yang dapat dipilih. Sebagian besar smartphone saat ini dilengkapi fitur kecerdasan buatan yang dapat mengenali suara pengguna. Siri merupakan salah satu asisten virtual yang terdapat pada smartphone yang memanjakan pengguna dalam menemukan informasi melalui perintah suara ataupun melakukan tugas tertentu seperti mengirim pesan.
Fitur seperti penghitungan jumlah langkah harian ataupun kalori masuk dan keluar merupakan bentuk analisis AI melalui sensor pada smartphone. Lebih jauh, fitur AI telah digunakan pada mobil yang memungkinkan penggunaan kendaraan tanpa pengemudi. Dalam hal hiburan, kecerdasaan buatan yang ditawarkan beberapa aplikasi dapat menghasilkan sebuah lagu dari penyanyi berbeda ataupun dengan membuat suara tiruan (Voice Cloning) seperti Voicify AI. Kecerdasan buatan juga tak hanya mampu membuat video dari sebuah foto, tetapi juga dapat membuat video seseorang yang telah tiada dengan bantuan foto dan teknologi Deepfake seperti MyHeritage. AI terpopuler saat ini adalah database besar seperti ChatGPT yang dirancang dapat menjawab segala pertanyaan, membantu menulis bahkan berdiskusi karena data besar yang diproses disusun dengan teknologi generative pre-trained transformer sehingga respon yang dihasilkan relevan cukup natural. Dengan memberikan prompt yang tepat, seseorang dapat menghasilkan esai ataupun artikel. Hal ini menjadikan ChatGPT primadona di kalangan pelajar dan mahasiswa.
Akan tetapi, kecerdasan buatan seperti generative pre-trained transformer, voice recognition to cloning, dan video deep fake telah sampai pada tahap yang sangat mengkhawatirkan. Banyak mahasiswa yang menggunakan ChatGPT untuk menghasilkan sebuah artikel sebagai tugas kuliah sehingga sehingga AI mematikan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam menulis sebuah esai, artikel, ataupun skripsi. Kemudahan menghasilkan sebuah tulisan hanya dengan satu kalimat instruksi membuat mahasiswa merusak etika menulis karena langsung menyalin keseluruhan teks yang dihasilkan ChatGPT tanpa membaca dan mengutip sumber tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan seperti di jurnal terakreditasi sinta ataupun scopus. Meskipun ChatGPT mengolah sejumlah data besar dari internet, informasi yang dihasilkan tidak selalu 100% akurat ataupun terkadang bias. Seorang mahasiswa diharuskan memiliki pemahaman serta kemampuan menjawab permasalahan secara akademis, yaitu penelitian yang diperkuat dengan membaca dan mengolah informasi dari sejumlah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikutip dalam tulisan sehingga tulisan akademik yang dihasilkan transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.Oleh karena itu, penyalahgunaan AI ChatGPT sudah sampai di tahap mematikan kemampuan seorang mahasiswa untuk berpikir kritis dan beretika, tidak hanya sekedar memanjakan sifat malas dan keinginan terhadap penyelesaian tugas dengan instan. Tidak sedikit anak muda yang memanfaatkan AI untuk menghasilkan video hiburan dengan mengganti suara penyanyi asli dari sebuah lagu dengan penyanyi lainnya atau dengan pembuatan suara tiruan tanpa sadar bahaya yang bisa ditimbulkan. Seperti yang dilaporkan di Wall Street Journal, CEO dari perusahaan berbasis energi di UK mengira bahwa ia ditelpon CEO perusahaan pusat di Jerman untuk mengirimkan sejumlah uang sebesar US$243.000 terhadap supplier Hungaria (30/8/2019). Suara yang digunakan bisa mirip karena ternyata penipuan menggunakan teknologi audio deepfake. Dengan kecanggihan voice recognition dan voice cloning, ketika kita mendapat telepon misterius dan mengatakan “halo” suara kita dapat disalin, digandakan dan dijadikan basis dalam penipuan yang ditargetkan ke kerabat dekat kita. Tak hanya itu, membagikan suara kita di aplikasi demi hiburan memberikan para penipu akses untuk menyalin dengan identik dan merangkai ulang untuk menipu kerabat dekat ataupun lebih jauh merusak nama baik dengan menjebak seolah terlibat dalam tindakan kriminal tertentu. Hal mengerikan lainnya adalah penyalahgunaan teknologi video deepfake dalam penipuan. Dilaporkan di BBC, penipuan menggunakan video wajah Brad Pitt menggunakan teknologi kecerdasan buatan deepfake terhadap wanita berkebangsaan Prancis dan scammer mendapatkan uang sejumlah US$850.000 dengan modus menjalin hubungan (romance scam) (15/1/2025). Di Korea Selatan seperti yang dilaporkan di BBC bahkan penggunaan deepfake sudah di tahap tindak pidana yang sulit dilacak. Dengan sistem mengundang dan mengunggah di telegram, pengguna dapat mengubah wajah foto porno dengan wajah teman wanitanya di sekolah atau kampus (3/9/2024). Seperti yang dijelaskan seorang youtuber Korea Selatan, bahkan foto teman wanita dari pengguna diunggah dan menggunakan teknologi video deepfake wajah dari foto tersebut dimasukkan ke video porno.
Video porno yang ada dimodifikasi dengan deepfake menjadi wajah sesuai dengan yang diunggah. Padahal, murid atau mahasiswi tersebut tidak pernah terlibat dalam pembuatan video porno. Hal ini dilakukan baik untuk kepuasan seksual maupun pemerasan (30/8/2024). Penyalahgunaan AI sudah ditahap mematikan kemampuan berpikir kritis hingga membalikkan fakta dan merugikan sejumlah masyarakat dalam kasus penipuan dan pemerasan. (***)