Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, marhaban merupakan kata dari bahasa Arab yang berarti selamat datang. Pemakaiannya biasa digunakan dalam hal menyambut tamu yang baru datang.
Dalam buku Shihab dan Shihab Edisi Ramadhan, Prof Quraish Shihab menerangkan, bahwa minimal ada dua makna yang terkandung dalam ungkapan marhaban ya Ramadhan jika dilihat dari asal kata marhaban yaitu kata rahba dan marhab.
Pertama, marhaban dilihat dari asal katanya rahba yang berarti tempat yang luas. Maknanya bahwa jiwa, perasaan atau hati orang beriman menjadi lega dan lapang dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan.
Kedua, marhaban berasal dari kata marhab yang berarti stasiun tempat berhenti untuk mengambil bekal dan memperbaiki hal-hal yang rusak. Artinya Ramadhan bagi orang yang beriman sebagai waktu untuk mengevaluasi dan menambah bekal iman dan amal saleh untuk mempersiapkan diri melanjutkan perjalanan di jalan Allah Swt.
Bekal Menyambut Ramadhan
Ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan. Pertama, sabiq bil khairat yaitu sudah membiasakan diri dengan amal-amal saleh sebelum datangnya Ramadhan.
Hal itu dapat diteladani dari Nabi Saw yang sudah berpuasa beberapa waktu sebelum melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Nabi Saw berkata kepada Abi Dzar: apabila kamu mau berpuasa tiga hari dalam sebulan, maka puasalah pada tanggal 13, 14 dan 15 (H.R. an-Nasa'i, at-Tirmidzi dan Ibn Hibban).Dalam riwayat Imam Muslim r.a juga disebutkan tentang puasa Rajab, bahwa Said bin Jubair mendengar Ibnu Abbas berkata " Rasulullah Saw pernah berpuasa sehingga kami berkata seakan-akan beliau tidak berbuka dan beliau juga pernah tidak berpuasa seakan-akan kami berkata beliau tidak berpuasa". Imam Nawawi mengomentari riwayat ini bahwa puasa Rajab tidak terlarang dan tidak juga disunnahkan secara khusus tetapi hukum asalnya mengikuti hukum berpuasa pada bulan haram lainnya yaitu mandub (disukai).
Persiapan menjelang Ramadhan dengan memperbanyak ibadah puasa lebih ditingkatkan oleh Nabi Saw dari bulan lainnya. Hal itu terbukti dari kesaksian istri Rasulullah, Siti Aisyah yang menyebutkan bahwa beliau tidak melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali pada Ramadhan dan beliau tidak melihat Rasulullah lebih banyak puasanya dibandingkan bulan Sya'ban. (H.R. Bukhari).
Kedua, bergembira dengan kedatangan Ramadhan. Keutamaan yang terdapat dalam Ramadhan dan fadhilah beribadah di dalamnya harus menjadi perhatian serius bagi orang beriman sebagaimana riwayat dari Abi Hurairah, ia berkata.