Apalagi di bulan Ramadhan ini, kesempatan untuk menunggu datangnya waktu shalat lebih terbuka, sehingga bisa mengerjakan bersuci lebih sempurna, memanfaatkan waktu istirahat dari aktifitas untuk menunggu masuknya waktu shalat. Disamping itu, nilainya menjadi lebih bertambah karena dikerjakan di bulan yang penuh berkah.
Kedua, aturan dan segala hal yang dilaksanakan pada saat mengerjakan shalat. Rukun dan syarat mesti terpenuhi, tidak banyak bergerak dengan melengong ke kiri atau ke kanan, baik secara lahiriah dengan menggerakkan anggota tubuh tetapi bukan gerakan shalat, maupun gerakan hati dengan mengingat yang lain selain Allah SWT. Menghadirkan hati yang khusuk pada semua aktivitas shalat, berharap (raja') ridha dan rahmat dari Allah sehingga shalatnya bermakna sempurna, khawatir (khauf) bila shalatnya tidak bernilai dalam pandangan Allah dan menyempurnakan semua gerakan dan bacaan shalat.
'Uqbah bin 'Amir pernah ditanya tentang makna surat al-Ma'arij ayat 23 ini, apakah maksud shalat selamanya atau terus menerus itu artinya orang yang dalam setiap waktunya hanya shalat saja dan tidak melakukan hal lain. Jawaban beliau bukan begitu tetapi shalat yang (dawam) terus menerus artinya orang yang mengerjakan shalat tidak melengong ke kanan atau ke kiri atau ke belakang atau gerakan lain yang tidak termasuk dalam gerakan shalat. Juga pikiran dan hati hanya ingat kepada Allah dalam semua aktivitas shalatnya.
Ketiga, memperhatikan tingkah laku setelah shalat dikerjakan. Shalat yang baik dan benar akan berimplikasi pada sikap dan tindaktanduknya setelah shalat. Tidak mengharapkan pujian orang lain atau mengerjakan shalat karena dilihat dan didengar orang, rendah hati dan berharap kepada Allah agar ibadah shalatnya diterima dan bermanfaat untuk kehidupannya di dunia maupun akhirat.Makna yang ketiga inilah yang dijelaskan oleh Imam al-Ghazali pada murid-muridnya. Bahwa shalat yang sudah baik adalah shalat yang sempurna sebelum pelaksanaan dan pada saat melaksanakannya sehingga berimplikasi pada tindak tanduknya selesai mengerjakan shalat. Maka ketiga aspek di atas mesti berjalan secara berkesinambungan.
Inilah kebenaran yang pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam Hadis berikut: perhatikan olehmu, apabila ada sungai di depan rumah salah seorang kamu, lalu dia mandi di sana lima kali setiap hari. Mungkinkah masih ada kotoran atau daki yang akan menempel di badannya? Sahabat menjawab: tidak mungkin masih ada juga kotoran atau dakinya. Nabi menjawab: begitulah perumpamaan orang yang mengerjakan shalat lima waktu sehari semalam, niscaya Allah akan menghapuskan dosa-dosanya (H. R Bukhari).