“Tuh ha, pai lanjo mah,” kata Aci lagi. Mungkin ia benar.
Posko lebaran sudah berdiri, posko PMI juga, tentu belum ada petugas. Beberapa orang Pol PP terlihat berjaga-jaga.
Kami menjauh dari landmark, Jam Gadang yang dibangun 1926 memakai produk Semen Padang itu. Melangkah ke arah Hotel Monopoli. Entah dimana akan berbuka, tak dirisaukan benar.
Matahari sejuk, karena suhu kota itu. Tetiba ada seseorang lari sore. “Ko baru raso di kota wak,” kata saya.
“Orang bersepatu roda, kurang. Kalau ada makin lengkap.” Aci berkomentar.Ketipak langgam kuda menambah semarak kota pejalan kaki ini. Walikotanya baru, orang lama. Pak Ramlan. Kita lihat apakah parkir Pasa Ateh akan pakai portal otomatis lagi atau tetap manual seperti beberapa tahun ini.
Magrib membentang panjang di Bukittinggi, kami berbuka. Dahaga sekali kalau berpuasa sejak jam enam pagi. Yang tidak, tentu beda. Tadi kami dari Payakumbuh, kota yang lain pula semaraknya.***