Puasa: Mengendalikan Dua Rongga

Foto Muhammad Kosim
×

Puasa: Mengendalikan Dua Rongga

Bagikan opini
Ilustrasi Puasa: Mengendalikan Dua Rongga

Dari Abu Hurairah ra., beliau berkata: Nabi SAW pernah ditanya, "Amalan apakah yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga?" Beliau menjawab, "Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia." Lalu beliau ditanya lagi, "Amalan apakah yang paling banyak menyebabkan seseorang masuk neraka?" Beliau menjawab, "Dua rongga yang terbuka, yaitu mulut dan kemaluan." (HR. Ibnu Majah).

Hadis ini memiliki kaitan erat dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Allah SWT mewajibkan puasa agar manusia mencapai derajat takwa. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah ayat 183: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Orang yang bertakwa memiliki beberapa ciri utama, antara lain memiliki akidah yang kuat, menjalankan ibadah dengan taat (terutama mendirikan shalat), serta berakhlak mulia seperti sabar, jujur, dan dermawan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Baqarah ayat 1-5, Al-Baqarah ayat 177, dan Ali Imran ayat 15-17.

Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk membiasakan diri dengan nilai-nilai ketakwaan tersebut. Tidak heran jika bulan ini dikatakan sebagai pembuka pintu surga yang akan mengantarkan seorang hamba menuju kebahagiaan abadi.

Sebaliknya, puasa juga mendidik seseorang agar mampu mengendalikan dua rongga yang sering menjadi penyebab kebinasaan, yaitu mulut dan kemaluan. Rongga mulut dapat menjerumuskan seseorang ke dalam dosa melalui ucapan yang tidak terjaga, seperti berkata dusta, menggunjing, adu domba, dan menyebarkan berita bohong.

Begitu pula dengan kemaluan, yang jika tidak dikendalikan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan zina, LGBT dan penyimpangan lainnya yang merusak tatanan sosial dan moral. Syahwat kemaluan tidak terkendali juga merusak keutuhan keluarga yang pada gilirannya merusak mentalitas anak-anaknya sehingga menimbulkan masalah kenakalan dan kerusakan moral lainnya.

Tegasnya, Puasa hadir sebagai latihan untuk mengendalikan hawa nafsu. Bahkan, sesuatu yang halal seperti makan dan minum pun dilarang selama waktu berpuasa. Begitu pula dengan hubungan suami istri yang sah, yang dilarang dilakukan di siang hari selama bulan Ramadhan. Jika hal-hal yang halal saja dapat dikendalikan, maka menahan diri dari perkara haram tentu lebih mudah untuk dilakukan.

Selain itu, puasa juga melatih seseorang untuk menjaga lisan dan menjauhi ucapan yang dapat merugikan orang lain. Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menyebutkan lima perkara yang dapat menghapus pahala puasa, yaitu berbohong (kadzib), menggunjing (ghibah), adu domba (namimah), sumpah palsu (al-yamin al-kadzibah), dan pandangan yang dipenuhi syahwat.

Rasulullah SAW juga menegaskan dalam sabdanya: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari). Hadis ini menunjukkan bahwa esensi puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga membentuk akhlak dan interaksi sosial yang lebih baik.

Selain aspek individu, puasa juga memiliki dimensi sosial yang kuat. Ibadah ini menumbuhkan kepedulian terhadap sesama, mendorong umat Islam untuk membantu orang lain, serta menjauhi perbuatan yang dapat menyakiti atau menzalimi orang lain. Jika nilai-nilai puasa ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka masyarakat akan menjadi lebih harmonis dan penuh keberkahan.

Jika sebuah masyarakat mampu meraih ketakwaan secara kolektif, maka peradaban yang gemilang dan penuh berkah dapat terwujud. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-A’raf ayat 96: "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."

Semoga Ramadhan menjadi sarana bagi kita semua untuk mengasah pengendalian diri, terutama mengendalikan dua rongga: mulut dan kemaluan sehingga kita terhindar dari api neraka sehingga memasuki surga Allah tanpa hisab bersama orang-orang yang kita cintai. Amiin.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini