Dalam misinya yang heroik sekaligus absurd, ia ditemani pelayan setianya, Sancho Panza, yang bersikap lebih realistis. Sancho menjadi kontras humor dengan fantasi Don Quixote —selalu sabar melayani tuannya yang aneh, mendampinginya ke mana pun ia pergi, dan menjawab setiap permintaannya.
Salah satu adegan paling terkenal adalah saat Don Quixote menyerang kincir angin, mengiranya sebagai raksasa jahat —simbol dari idealisme buta dan delusi heroisme. Melawan kincir besar, ia akhirnya terpental penuh luka. Novel ini kaya akan satire, kritik sosial, dan refleksi filosofis tentang realitas serta imajinasi.
-000-
Di era ketika banyak orang lebih memilih berkompromi dengan zaman, GM tetap menulis, mengkritik, melukis, dan berteater. Bersama dalang Endo Suanda, ia menciptakan dunia di mana Don Quixote bisa bicara dalam bahasa Sunda, wayang golek mengangkat tema idealisme yang absurd, dan satire tetap tajam di tengah era serba halus.
_Den Kisot_ bukan sekadar adaptasi _Don Quixote_, tetapi perwujudan dari satu hal yang terus dikejarnya: pertarungan melawan kemapanan yang tumpul, dan kreativitas yang seolah tanpa batas. Lakon ini dipentaskan keliling, dari NuArt Sculpture Park Bandung, Ternate, Tidore, Solo, Yogyakarta, hingga kembali ke Bandung.Maka, jika Raja Spanyol kini memberi GM penghargaan, itu bukan sekadar pengakuan atas sebuah pentas boneka. Inilah penghormatan atas semangat Quixotic yang terus menyala dalam diri GM —terbukti dari pementasan teaternya yang tak kenal lelah, yang membina garis hubungan masa kini Indonesia dengan masa lalu Spanyol.
-000-