Menata Kembali
Kita faham dengan kegusaran KJ dan itu pun harus menjadi kegusan kita juga sebagai urang awak. Namun, percayalah kegusaran ini bisa kita atasi secara bersama-sama apabila cara berfikir genarasi kita perlu diubah menjadi moderat. Di samping sebagai seorang yang taat beragama dan tinggi ilmu agama tetapi juga pro terhadap transformasi serta penguasaan ilmu pengetahuan. Orang Minang masa lalu tahu betul dengan pemikiran moderat itu. Pemikiran moderat itu yang membentuk peradaban dan kemajuan sampai kini. Orang Minang mempunyai pemikiran moderat ini setidaknya tersirat dari adigium karakatau madang dihulu, babuah babungo balun, merantau bujang dahulu, karano dikampuang baguno balun. Artinya adalah, orang Minang harus menjadi pemikir moderat dengan mencari ilmu keperantauan, lintas negara, benua supaya mampu mentransformasikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya di kampung halamannya.
Bahkan kalau kita hayati lagi lebih dalam papatah alam takambang jadi guru inilah yang disebut dengan berfikir moderat tersebut. Jadi tidak mungkin orang Minang maju kalau berfikirnya tidak moderat. Ketika berfikir moderat itu mati suri, maka yang terjadi dalam generasi kita seperti yang disindir oleh Mahmud Yunus yakni “kita lebih suka mengutuk zaman daripada mengoreksi cara berfikir”. Makanya kita sangat memerlukan sekarang koreksian cara berfikir tersebut, sebagaimana dikatakan juga oleh Haji Rasul ayah buya Hamka "orang-orang alim di kampungku terlalu sibuk dengan persoalan khilafiyah dan lupa bahwa umat ini butuh bimbingan akal dan ilmu."
Kalau kesadaran cara berfikir seperti yang disebutkan Mahmud Yunus dan bimbingan akal dan ilmu seperti dikatakan Haji Rasul, maka mau tidak mau kini orang Minang harus membangun untuk berfikir moderat itu. Pemikiran moderat diantaranya dibangun melalui pendidikan dan motivasi kuat dari masyarakat. Kalau masa lalu untuk menampung pendidikan para anak muda yang tidak sanggup merantau jauh, diakomodasi oleh surau sebagai pembentuk cara berfikir moderatnya. Di suraulah mereka mengolah, mengasah dan mepertajam cara berfikir moderat itu, sehingga setidaknya setelah balik kekampung halamannya dia mampu membuat surau pula sebagai tempat pendidikan untuk mengolah cara berfikir moderat orang kampungnya.Kini apalagi, di Sumatera Barat sudah banyak sekolah-sekolah dengan beragam gaya dan tawarannya, termasuk perguruan tinggi. Di daerah ini pun kita memiliki perguruan tinggi ternama, sebut misalnya ada UNAND, UNP, UIN Bukittinggi, UIN Padang, UIN Batusangkar malahan akreditasinya semua Unggul, tentu ini sebagai harapan bagi kita untuk memulagkan cara berfikir orang Minang yang moderat itu.(*)