Yang menjadi buah pikir bagi saya, apakah benar sederet janji itu yang diharapkan para pelaku budaya (atau masyarakat) untuk pemajuan kebudayaan Sumatera Barat? Apakah sederet janji itu akan mampu mengurai persoalan kebudayaan di Sumatera Barat? Sudahkan Uda Vasko mempelajari lanskap dan ekosistem kebudayaan di Sumatera Barat hari ini? Jika semua pertanyaan itu sudah terjawab setidaknya Uda Vasko akan tahu dari bagian mana persoalan kebudayaan harus diurai.
Dalam konteks orang nomor dua di Sumatera Barat, pejabat pemerintahan cum pemegang tampuk kekuasaan setelah Buya Mahyeldi, tentu kepedulian saja tidak akan cukup untuk membuktikan atensi Uda Vasko terhadap pemajuan kebudayaan. Saya kira Uda Vasko harus menampung dan menelaah pandangan dari banyak pelaku budaya jika benar ingin mengupayakan pelindungan, pengembangan, serta pemanfaatan kebudayaan. Tidak cukup menerima data dari Dinas Kebudayaan Sumatera Barat atau mengunjungi Taman Budaya Sumatera Barat saja dan menanyakan kebutuhan seniman di lokasi tersebut.
Saya menonton konten video Uda Vasko ketika datang ke Taman Budaya Sumatera Barat. Beberapa seniman dan budayawan sangat akrab bagi saya selaku penikmat kesenian. Angga Mefri, Manajer Nan Jombang Dance Company mengatakan tentang ketidak terlibatan seniman dalam perencanaan pembangunan gedung kebudayaan yang terbengkalai itu. Penyair Syarifuddin Arifin menceritakan bahwa mereka berdiskusi di warung kopi dan terkadang di galeri.
Lalu Uda Vasko menyarankan agar mereka merespon dan mengaktivasi bagian dari gedung kebudayan terbengkalai dan tidak jelas kapan akan dilanjutkan pembangunannya itu. Uda Vasko juga menawarkan pembangunan laga-laga berikut dengan seperangkat sound system. Dalam konten itu juga terlihat Ery Mefri, koreografer Nan Jombang Dance Company, duduk di kursi plastik merah berkaki rendah. Ada sentuhan sentuhan efek sinematik sekian detik pada tubuh Ery Mefri yang mengajak penonton untuk memperhatikan betul tubuh maestro itu.
Datang mengunjungi Taman Budaya Sumatera Barat dengan kondisi gedung kebudayaan bertahun-tahun terbengkalai itu memang butuh keberanian–bahkan pasak tiang dari bagian dari gedung terbengkalai itu dibangun di atas reruntuhan pasak tiang gedung terbengkalai sebelumnya. Saya tidak tahu, sebelum Uda Vasko apakah Buya Mahyeldi selaku gubernur, atau wakil gubernur sebelumnya pernah berkunjung dalam situasi sama, bukan datang karena undangan seremonial.
Tetapi selaku penonton instagram Uda Vasko dan penikmat kesenian Sumatera Barat tentu saya berharap lebih dari konten itu. Berharap kunjungan tidak berakhir hanya dengan tawaran pembangunan laga-laga berikut pemberian seperangkat sound system. Akan lebih dramatik menurut saya bila berakhir dengan tawaran untuk “mencarkani akal” melanjutkan pembangunan gedung kebudayaan terbengkalai. Saya melihat dari laman instagram, sebagaimana saya nyatakan pada tulisan sebelumnya, tidak ada pejabat tingkat nasional agaknya yang tidak bisa “ditembus” Uda Vasko. Mungkin juga akan bisa mencarikan solusi untuk persoalan gedung itu.
Kalaupun tidak, menurut saya, Uda Vasko harus datang dengan membawa bekal pengetahuan mendasar mengenai kondisi kesenian dan kebudayaan Sumatera Barat. Dengan bekal pengetahuan mendasar, Uda Vasko akan dapat berdiskusi banyak hal terkait upaya pemajuan kebudayan, dan tidak sekedar datang memberikan janji yang mungkin akan tersimpan saja dalam konten instagram. Dengan bekal pengetahuan mendasar pula, setidaknya Uda Vasko juga tahu siapa seniman dan budayawan yang diajak bicara–tahu seniman yang sekian detik dimunculkan secara sinematik dalam konten istragram.Uda Vasko, tawaran pembangunan laga-laga berikut pemberian seperangkat sound system itu, mungkin di-iya-kan saja oleh seniman dan budayawan. Mereka mungkin tidak enak hati meminta lebih karena menghargai kedatangan seorang wakil gubernur.
Urgensi persoalan mereka bisa jadi bukan pada laga-laga, sound system, dan mungkin mereka tidak memperdulikan lagi gedung kebudayaan itu akan terbengkalai sampai periode jabatan Uda Vasko selesai. Banyak seniman dan budayawan di Sumatera Barat, secara personal atau berkelompok, mencari tempat alternatif untuk mereka berkegiatan di luar Taman Budaya Sumatera Barat–mungkin Uda Vasko sudah tahu bahwa orang yang dimunculkan secara sinematik dalam konten instagram punya ruang pertunjukan pribadi.
Jika benar apa yang Uda Vasko ungkapkan di instagram, bahwa atensi ketika dilantik sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat oleh Presiden Prabowo adalah persoalan kebudayaan, saya menyarankan Uda Vasko untuk lebih sering bertandang dan berdiskusi ke ruang-ruang tempat berproses seniman dan budayawan di berbagai lokasi di Sumatera Barat.