Bagaimana kalau semua gambar orang politik, pejabat dan istrinya di semua baliho di Sumbar, dicopot? Kemudian diganti foto rakyat yang tersenyum natural?Mana yang bagus untuk promisi wisata? Foto rakyat dong. Ini, karena kita orang paling ramah dan murah senyum dan menghargai tamu. Foto rakyat yang saya maksud, sebenar-benar rakyat yang ditemukan dimana saja, asal bukan di pesawat terbang.
Sebenarnya kita-kita ini sudah libak dengan baliho yang sambung-bersambung dari jalan ke jalan. Dari kota ke kota itu. Mumpung wisata sedang digunja habis promisinya maka usul saya ini masuk akal. Usul ini muncul karena saya tergelitik oleh ide budayawan Edy Utama.Bukankah kita adalah warga penyandang pendidikan budi pekerti, beradat, ber ABS-SBK, serta beradab. Jangan habis waktu untuk mencemeeh saja. Segala tak baik saja negeri ini. Mamburasang saja. Bahagia dia melihat Indonesia seperti Srilanka.
Bangsa ini dibangun dengan tangannya sendiri oleh semua nenek moyang kita semua. Begitu juga sekarang. Makanya jangan heran ekonomi Indonesia terbaik di Asean. Nomor satu. Nomor satu pula kekuatan militernya.Maka pak pemerintah yang rumit benar kalau mau membantu rakyat, sekarang bantulah dengan cara lain. Copot itu semua baliho, lalu pasang foto rakyat. Rakyat yang tak dibuat-buat gayanya. Tak pakai guntiang cino hanya untuk berfoto.
Saya lihat, foto di baliho sama candunya kalau mobil dikawal oto ngeong-ngeong di jalan macet. Tagiah dan latah.Kenapa harus senyum rakyat yang natural untuk baliho? Besar manfaatnya ketimbang foto politikus dan pejabat. Besar untuk promosi wisata. Kalau tak percaya cobalah.Seriusnya : kita mesti membangkitkan kesadaran lagi bahwa orang Minang itu, seperti juga suku bangsa lain di Indonesia, adalah suku bangsa yang paham budi pekerti, beradab, menghargai tamu dan suka uang.Bisa juga bukan rakyat tersenyum tapi yang sedang bekerja, sedang dipasar di bawah gerimis. Pokoknya tentang rakyatlah.
Lainnya? Ganti-ganti wak mamakai baliho. Bapak ke bapak saja sejak dulu, pantas negeri ini tak maju-maju. Yang ada baliho tambah banyak, tambah besar dan kian tinggi. Sansai kita dibuatnya (**)