Pendidikan Karakter Jujur Berbasis Budaya Minangkabau

×

Pendidikan Karakter Jujur Berbasis Budaya Minangkabau

Bagikan berita
Foto Pendidikan Karakter Jujur Berbasis Budaya Minangkabau
Foto Pendidikan Karakter Jujur Berbasis Budaya Minangkabau

Oleh : Jusmawati/Mahasiswa Doktor Pascasarjana UNP"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan seseorang kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan kepada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." (HR Muslim)

Dalam dunia pendidikan, istilah pendidikan karakter sudah sangat familiar di dengar, pendidikan karakter masih menjadi isu yang hangat untuk dibicarakan hingga saat ini. Oleh karena itu pemerintah memiliki tekad untuk menjadikan pengembangan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional yang harus didukung secara serius. Secara esensial pendidikan karakter perlu mengupayakan penanaman akhlak terpuji dan pengendalian bahkan pembersihan dari akhlak tercela. Pendidikan karakter juga diartikan sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, masyarakat dan lingkungannya (Zubaedi).Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Kemendiknas yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/ komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab.

Salah satu nilai pendidikan karakter di atas yang sangat penting dalam kehidupan adalah kejujuran. Kejujuran merupakan tingkah laku yang dimiliki oleh seorang individu dalam mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Individu terkadang melupakan nilai dari kejujuran itu sendiri. Kejujuran merupakan pangkal keimanan seseorang dalam menata hidupnya. kejujuran akan tercermin dalam perilaku berbicara sesuai dengan kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran. Jujur secara bahasa diartikan sebagai sikap yang lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang. Uchrowi mengatakan bahwa seseorang yang jujur adalah seorang yang bisa dipercaya, baik ucapan maupun tindakannya.Dengan demikian kejujuran merupakan salah satu unsur kekuatan spiritual, akhlak mulia, serta kepribadian.Nilai-nilai kejujuran dapat dilihat dari berbagai indikator, Prayitno dan Afriva Khaidir dan Tim Penyusun P3N-KC menetapkan indikator kejujuran sebagai berikut: (1) berkata apa adanya, (2) berbuat atas dasar kebenaran, (3) membela kebenaran (4) bertanggungjawab, (5) memenuhi kewajiban dan menerima hak, 6) lapang dada, (7) memegang janji.

Sumatera Barat yang dikenal dengan budaya Minangkabau memiliki filosofi hidup “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”. Ajaran yang terkandung di dalam adat Minangkabau tidak bisa diabaikan dan dilupakan masyarakatnya,karena selain Alquran, adat menjadi pegangan dan pedoman dalam hidup masyarakat hal ini senada dengan pepatah minang “Nan dikatokan kato pusako, iyolah kato undang undang yang dalam bahasa Indonesia dapat dijelaskan bahwa undang-undang atau peraturan adat adalah suatu ketentuan yang harus dipatuhi sehingga dijadikan sebagai pedoman hidup.Adat Minangkabau merupakan nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang mendasar, landasan atau dasar berfikir dalam menjalani kehidupan, nilai-nilai baik yang dijadikan teladan dalam kehidupan, pergaulan, falsafah hidup,dan juga merupakan hukum-hukum yang harus dipatuhi dalam menjalankan kehidupan yang beradat. Hidup tanpa aturan di Minangkabau disebut “tak beradat”karena bagi orang Minang, duduk, berdiri, berbicara, berjalan, makan, minum, dan lain sebagainya selalu beradat, yang disebut-sebut sebagai dengan adat sopan santun dalam pergaulan sehari-sehari.Nilai-nilai kehidupan diwujudkan dalam bentuk petatah-petitih yang diwariskan sebagai bagian dari peninggalan budaya yang masih dipertahankan hingga sekarang. Petatah-petitih ini digunakan sebagai pedoman dan pegangan hidup bagi masyarakat Minangkabau yang dijadikan falsafah hidup sehari-hari dan merupakan aset budaya yang harus diwariskan.

Adat Minangkabau selalu mengajarkan nilai nilai kejujuran. Kejujuran merupakan sifat yang dapat membentuk watak seseorang untuk selalu melakukan suatu pekerjaan dengan tidak melanggar norma hukum dan norma agama.Kejujuran dalam perspektif budaya Minangkabau secara implisit menyiratkan bahwa adanya integrasi nilai-nilai kejujuran dengan budaya Minangkabau.Nilai lokal yang setaraf dengan sikap jujur ini adalah: putiah kapek dapek diliek, putiah hati bakadaan, bajalan dinan luruih bakato dinan bana (Ketulusan hati seseorang dapat dilihat dari perbuatannya apakah hatinya bersih atau tidak). Hal ini terdapat dalam surat At-Taubah: 11

Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.Maksud ayat di atas orang-orang yang beriman dan bertakwa itu memiliki perilaku jujur dan benar kata-kata maashadiqin dalam ayat di atas memiliki makna jujur. Seseorang yang tidak jujur di dalam hidupnya akan mendapatkan hukum sosial yang sangat berat dari masyarakat Minang, orang suku Minang yang tidak jujur selalu tidak akan dipercaya apapun perbuatan dan ucapannya yang didalam pepatah Minang diucapkan.“sakali lancuang ka ujian saumua hiduikurang indak picayo” yang bermakna sekali orang berbuat tidak jujur seperti berbohong, mencuri, atau melakukan perbuatan lainnya yang tidak jujur, maka sebagai hukum sosialnya seumur hidup dia tidak akan dipercayai orang. Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa suku Minangkabau dengan tegas menyampaikan penolakan-penolakan terhadap perilaku atau perbuatan yang tidak jujur dalam segala bidang tanpa terkecuali. “Nak luruih rantangkan tali,luruih bana dipacik sungguah” juga salah satu pepatah Minang yang bermakna selalulah bersifat lurus dan tulus ikhlas dalam pergaulan, yakni selalu bersifat benar dan jujur.

Sebuah keniscayaan untuk memberikan pemahaman nilai-nilai karakter jujur yang disinkronkan dengan nilai-nilai budaya Minangkabau terhadap masyarakat baik orang tua, remaja dan anak-anak.Nilai-nilai kejujuran yang berbasis kearifan lokal diharapkan dapat mengkristal dalam kehidupan setiap pribadi masyarakat Minangkabau.Terkait dengan pengembangan karakter jujur yang terintegrasi dengan nilai-nilai budaya Minangkabau dapat terlihat sebagai berikut: (1)lapang dada (aia janiah sayaknyo landai, ikan jink sulik dicakau),(2) memegang janji (kok bajanji jan mungkia, kok bakato jan duto). (3)membela kebenaran ( ndak lakang dek paneh tak lauak dek hujan, dianjak tak layua, di bubuiktak mati). (4)bertanggung jawab ( anak di pangku kamanakan di bimbiang). (5) memenuhi kewajiban ( nan barek lah di pikua, nan ringan lah dijinjiang). (6) menerima hak ( barajo buo Sumpua Kuduih tigo jo rajo Pagaruyuang, Ibu jo bapak pangkanyo manjadi anak rang bautang)( Lahia jo batin lah saukuran).(7) berkata apa adanya ( anjalai pamaga koto, tumbuah sarumpun jo ligundi, kalau bakato umpamo santan jo tangguli). (8) berbuat atas dasar kebenaran ( bajalan di nan luruih bakato di nan bana, barih balabeh ndak taicia).

Untuk melihat pengembangan karakter jujur yang terintegrasi dengan nilai-nilai budaya Minangkabau tersebut di atas dilakukan dengan penelitian pengembanganmodul pendidikan karakter jujur berbasis budaya Minangkabau dengan menggunakan polapengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation).Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pentingnya pengembangan modul pendidikan karakter jujur berbasis budaya Minangkabau di salah satu panti asuhan Aisyiyah, diperoleh data bahwa tingkat kejujuran remaja berada pada kategori sedang. Responden remaja yang mengisi instrumen tingkat kejujuran berjumlah 81 orang . Hasilnya diketahui bahwa 7 orang berada pada kategori tinggi atau 8,6 % , 71 orang berada pada kategori sedang atau 87, 7 %, 3 orang berada pada kategori rendah setara dengan 3,7 %. Dari data di atas dapat dipahami tidak ada remaja yang berada pada kategori sangat tinggi dan sangat rendah. Tingkat kejujuran remaja secara keseluruhan berada pada kategori sedang. Meskipun secara rata-rata kondisi tingkat kejujuran remaja berada pada kategori sedang, tetapi hal ini tetap menjadi perhatian dan butuh tindak lanjut kedepannya.

Pada tahap desain modul beberapa materi yang dikembangkan meliputi :(1)karakter jujur: kesadaran moral yang tinggi: lapang dada. memegang janji, membela kebenaran, (2)karakter jujur: kesadaran pengakuan akan adanya hak dan kewajiban: bertanggung jawab, memenuhi kewajiban, menerima hak(3) karakter jujur: rasa takut akan dosa terhadap Tuhan: berkata apa adanya, berbuat atas dasar kebenaran. Selanjutnya pada tahap pengembangan modul dari segi materi dilakukan melalui uji validasi ahli diketahui bahwa secara keseluruhan penilaian para ahli terhadap materi modul dalam kategori layak dengan persentase 80,51 dan dapat dipakai dengan beberapa perbaikan. Artinya, para ahli memberikan penilaian yang positif terhadap modul yang telah dirancang dan perlu perbaikan. Sementara itu penilaian para ahli terhadap tampilan modul dalam kategori sangat layak dengan persentase 89,37 % dan dapat dipakai dengan beberapa perbaikan. Artinya, para ahli memberikan penilaian positif terhadap tampilan modul yang telah dirancang dan perlu diperbaiki.Pada tahap implementasi, dilanjutkan dengan uji coba secara terbatas yang diterapkan kepada pembina. Penilaian terhadap keterpakaian modul berada pada kategori baik dengan persentase sebesar 93,77%. Hasil tersebut dapat dimaknai bahwa pembina memberikan penilaian positif terhadap modul sebagai media yang dapat dipakai dalam pembelajaran, dilihat dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya.

Pada tahap evaluasi dilakukan melalui FGD yang menghasilkan bahwa rasionalisasi modul cukup baik perlu penegasan distingsi lembaga dan budaya Minangkabau serta data empirisnya. Untuk pengguna modul perlu di kongkritkan apakah pembina saja, remaja atau keduanya. Terkait komposisi materi, indikator yang dikembangkan cukup mewakili dan diperkuat dengan tuturan Kato Pusako dan Petuah Adat Minangkabau, seperti:Nak mulie tapek-i janji, nak taguah paham dikunci,Bajalan luruih bakato bana,Putih kapeh dapek dilihek, putiah hati bakaadaan.Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan tingkat kejujuran remaja pada awalnya berada pada tingkat kategori sedang, kemudian setelah dikembangkannya modul pendidikan karakter jujur berbasis budaya Minangkabau tingkat pendidikan karakter jujur menjadi lebih meningkat dan berkembang. Desain modul pendidikan karakter jujur berbasis budaya Minangkabau terdiri dari buku panduan penggunaan dan buku modul. Tingkat kelayakan materi dan tampilan berada pada kategori layak dan sangat layak, tingkat keterpakaian modul berada pada kategori sangat terpakai. Produk akhir terdiri dari panduan penggunaan dan buku modul pendidikan karakter jujur berbasis budaya Minangkabau sudah layak dan dapat dipakai oleh pembina dan pengasuh di panti asuhan Aisyiyah.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini