Penegakkan Perda AKB Perlu Dibarengi Kecerdasan Masyarakat

×

Penegakkan Perda AKB Perlu Dibarengi Kecerdasan Masyarakat

Bagikan berita
Foto Penegakkan Perda AKB Perlu Dibarengi Kecerdasan Masyarakat
Foto Penegakkan Perda AKB Perlu Dibarengi Kecerdasan Masyarakat

PADANG - Kecerdasan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 merupakan salah satu hal yang harus ada, agar penyebaran Virus Corona bisa ditekan. Upaya mencerdaskan masyarakat ini terus dilakukan, baik oleh pemerintah pusat, dan pemerintah daerah. Diantaranya pula dengan melibatkan berbagai lembaga dan unsur masyarakat."Kecerdasan ini maksudnya masyarakat percaya Virus Corona itu ada dan lalu bersikap cerdas pula dalam membentengi diri dari Covid-19. Kecerdasan salah satunya dalam disiplin melaksanakan 3 M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak)," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar, Arry Yuswandi Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Para Penyintas Bicara yang digelar Harian Singgalang bekerja sama dengan Satgas Covid-19 BNPB, Jumat (13/11).

Dalam FGD yang digelar secara daring itu, Arry mengatakan memang telah ada peraturan daerah (Perda) tentang Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang diharapkan bisa membuat masyarakat lebih disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan agar jumlah kasus terkonfirmasi positif semakin sedikit.Namun penegakkan Perda tanpa diiringi dengan pencerdasan masyarakat tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. "Jika banyak tercatat pelanggaran terhadap perda AKB tentu ini bisa diartikan tujuannya tak berhasil. Oleh karena itu perlu pencerdasan masyarakat untuk mereka menyadari bahaya Covid-19 dan pentingnya menjaga diri," ujarnya dalam FGD yang dipandu Moderator Lia Prianka itu.

Arry mengatakan upaya untuk terus membentengi masyarakat dari Covid 19 selalu dilakukan. Pencerdasan dan sosi alisasi disiplin protokoler kesehatan bahkan pula diupayakan sampai ke lingkaran terkecil di masyarakat, yakni sampai pada lingkungan pemukiman masyarakat dan keluarga."Kami membuat forum dan persatuan dari tokoh masyarakat, para pemuda dan juga tokoh adat. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan dan kedisiplinan masyarakat dalam membentengi diri dari Virus Corona," ujarnya.

Bahkan nanti setelah vaksin dilakukan diharapkan pula masyarakat cerdas menanggapi. Tentu saja hal- hal yang dikahwatirkan masyarakat seperti keamanan vaksin dan kehalalannya menjadi perhatian pemerintah dan menjadi beberapa hal yang menjadi keutamaan.Beredarnya kabar yang menyatakan Covid-19 tidak ada dan hanya konspirasi saja, haruslah pula diperangi. Bahkan ada-ada saja yang dijadikan bahan sebagai alasan untuk membenarkan konspirasi itu. Misalnya ada yang mengatakan jumlah data kasus dipermainkan, hasil swab tidak valid, dan hasil swab terlambat karena permainan.

"Ini semua bisa dijelaskan dengan logis satu persatu. Jumlah kasus itu diumumkan dengan data pasti, pakai bukti, salah satunya hasil swab. Hasil swab pun didapat dari uji coba laboratorium yang sudah teruji dan tervalididasi," ujarnya.Pengawasan untuk data sampel sampai ke laboratorium pun dilakukan dengan optimal. Pengirim adalah petugas medis. Jika ada terlambat bisa jadi karena ada perbaikan (mantainance), jika diambil ulang bisa jadi karena rusak. Namun itu manusiawi dan tidak bisa dijadikan alasan pembenaran teori konspirasi.

"Kalau ada hasil yang terlambat di laboratorium daerah. Bisa jadi pula karena pegawai tak sebanyak di laboratorium seperti Unand. Memang kala pandemi tak boleh ada alasan seperti itu apalagi semisal libur. Namun untuk di daerah kita harus memahami jumlah pegawai terjadi tidak memungkinkan ganti shift," ujarnya.Untuk membuat masyarakat tidak termakan berita bohong yang mengatakan corona tidak ada dan hanya sekadar konspirasi, sangat tepat membagi pengalaman para penyintas, yakni mereka yang pernah terinfeksi corona dan berhasil sembuh. Mereka adalah saksi mata.

Pada FGD ini, tiga penyintas diberikan ruang bicara, berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana mereka melawan covid 19 dan akhirnya berhasil sembuh. Selain apa pula pesan mereka pada masyarakat."Jika ada yang percaya konspirasi tentang corona tidak ada, itu berarti sangat naif sekali. Corona jelas- jelas ada. Saya pernah terinfeksi dan keluarga saya juga. Tidak mungkin 300 negara semua termakan konspirasi. Jelas corona ada," ujar Tan Rajo, salah seorang penyintas.

Masih teringat jelas dalam pikirannya, bagaimana pengalamannnya selama satu bulan terisolasi dan tak bisa keluar rumah demi mencegah penyabaran Covid-19. "Saya beruntung tidak mengalami gejala yang berat. Hanya badan pegal-pegal saja. Namun pengalaman isolasi mandiri lebih kurang satu bulan itu bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Itu merupakan hal yang berat apalagi seluruh anggota keluarga juga terinfeksi," ujarnya.Hal serupa juga dikatakan bidan yang bertugas di Pesisir Selatan, Aswiliarti. Dia diisolasi di RSUP M. Djamil Padang selama 16 hari di ruangan yang tertutup. "Benar-benar di ruangan tertutup dan tak bisa keluar ruangan. Saya bahkan sempat dikabarkan telah meninggal dunia. Jadi percayalah corona itu ada. Jagalah diri," ujarnya.

Dia mengatakan tidak tahu darimana tertular corona. Namun, dari pengalamannya, dia mengatakan bukan interaksi lama atau sebentar yang menjadi patokan. Melainkan memakai masker dan jaga jarak atau tidaklah yang menjadi perlindungan."Ini terbukti dari rekan kerja saya hanya dua orang yang tertular dari corona dari saya. Namun ada yang  sering bersama saya tapi tidak positif corona. Ini menjadi bukti memakai masker adalah hal wajib," ujarnya.

Hal yang sama juga ditegaskan Ketua IJTI Sumbar, John Nedy Kambang. Saya ingin titip pesan untuk semua. Penyakit ini benar adanya. Saya dan ribuan orang sudah merasakan bagaimana terinfeksi virus ini. Berhentilah dengan asumsi-asumsi bahwa ini konspirasi, karena sudah banyak korban di seluruh belahan dunia,” katanya.Jurnalis CNN Indonesia TV ini menekankan, hal yang harus dilakukan adalah menerapkan protocol kesehatan sebaik-baiknya. “Hal paling kecil tentu saja adalah menggunakan masker. Jangan sampai ikut terpapar, bahkan sampai meregang nyawa. Nanti menyesal,” katanya. (401)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini