Penelitian Ungkap Masker Bedah dan Kain Tak Efektif Cegah COVID-19

×

Penelitian Ungkap Masker Bedah dan Kain Tak Efektif Cegah COVID-19

Bagikan berita
Penelitian Ungkap Masker Bedah dan Kain Tak Efektif Cegah COVID-19
Penelitian Ungkap Masker Bedah dan Kain Tak Efektif Cegah COVID-19

PEMERINTAH Indonesia kini telah mengimbau masyarakat untuk mengenakan masker ketika beraktivitas di luar rumah. Tapi baru-baru ini penelitian mengatakan masker bedah maupun kain tidak efektif untuk menghentikan virus corona, Covid-19.Para ilmuwan menulis makalah dalam Jurnal Annals of Internal Medicine, kedua masker itu tidak mampu mencegah penularan lewat batuk. Meski demikian penelitian lanjutan harus dilakukan untuk memastikan hal tersebut.

Untuk menguji apakah masker tertentu dapat mencegah penyebaran SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19. Para peneliti meminta empat pasienCovid-19 di Korea Selatan untuk memasuki ruang isolasi tekanan negatif.Para sukarelawan, yang berusia antara 35 dan 82 tahun ini diminta untuk batuk masing-masing sebanyak empat kali pada lima cawan Petri terpisah. Cawan ini diposisikan 20 cm dari mulut mereka.

Percobaan pertama, mereka tidak memakai masker, lalu mengenakan masker bedah, diikuti oleh masker kain, dan sekali lagi tidak mengenakan masker. Masker bedah sekali pakai yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 180 mm x 90 mm dan memiliki tiga lapisan.Sementara masker kain yang dapat digunakan kembali berukuran 160 mm × 135 mm dan terdiri dari dua lapisan. Setelah peserta selesai batuk, para peneliti mengambil swab dari permukaan dalam dan luar topeng.

Sung-Han Kim dari Asan Medical Center, Universitas Kedokteran Ulsan, Seoul, dan rekannya menemukan adanya virus SARS-CoV-2 di luar setiap masker. Tetapi "sebagian besar" lapisan dari bagian dalam diuji negatif.Pada peneliti Menemukan lebih banyak partikel virus di bagian luar daripada permukaan masker bagian dalam. Tidak mungkin para peneliti menyebarkan virus sambil mengusap masker dari para subjek penelitian.

Diwartakan okezone, mereka berpendapat, pengujian pertama kali melihat bagian luar masker sebelum pada permukaan bagian dalamnya. Dari situ dapat disimpulkan bahwa partikel SARS-CoV-2 mungkin telah melarikan diri di sekitar tepi masker.Partikel SARS-CoV-2 kecil yang keluar selama batuk keras mungkin telah menembus masker. Temuan tersebut menekankan pentingnya mencuci tangan setelah menyentuh permukaan luar dari masker. “Eksperimen ini tidak termasuk masker N95 dan tidak mencerminkan penularan infeksi sebenarnya dari pasien Covid-19 yang memakai berbagai jenis masker. Kami tidak tahu apakah masker mempersingkat jarak perjalanan tetesan selama batuk," kata para peneliti, melansir dari News Week, Selasa (7/4).

Dari penelitian itu kesimpulannya, baik masker bedah maupun kain tampaknya tidak efektif dalam mencegah penyebaran SARS-CoV-2 dari batuk pasien dengan Covid-19. Virus akan tembus menuju permukaan masker bagian luar.Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi apakah masker wajah dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 pada manusia yang tidak menunjukkan gejala (OTG). Pasalnya masih banyak orang yang diduga Covid-19 tidak memiliki gejala batuk.

Karena virus corona yang menyebabkan Covid-19 masih baru, banyak yang perlu diketahui tentang cara mencegah penyebarannya, para penulis menyarankan. Penelitian sebelumnya menunjukkan masker bedah dapat menyaring virus flu sehingga direkomendasikan.Pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi mengalami Covid-19 harus memakai masker wajah untuk menghentikan penyebaran SARS-Cov-2. Tapi hal ini harus diikuti oleh penelitian yang menunjukkan masker bedah mungkin tidak bekerja melawan SARS-CoV-2.

Para peneliti mengutip penelitian sebelumnya yang menyarankan untuk menggunakan masker respirator bedah dan N95. Masker ini menutup hidung dan mulut, dan dapat membantu mencegah penyebaran SARS-CoV-2.Tetapi karena pandemi ini telah menyebabkan dunia kekurangan masker N95 dan masker bedah, maka masker kain telah muncul sebagai alternatif potensial. Penelitian ini dilakukan ketika pejabat kesehatan meninjau panduan mengenakan masker untuk memerangi COVID-19.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) A.S. pun mengaku memperbarui rekomendasinya pada minggu lalu. Badan itu sekarang menyarankan masyarakat umum untuk mengenakan masker kain saat berada di tempat umum.Masker digunakan saat seseorang merasa kesulitan melakukan langkah social distancing. Misalnya saat berada di toko kelontong atau apotek, terutama pada daerah di mana virus menyebar di masyarakat.

Baru-baru ini Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam debat media, untuk menekankan bahwa masker medis kekurangan pasokan secara global. Oleh sebab itu masker medis harus diprioritaskan bagi para petugas kesehatan yang berada di garis terdepan. “Di masyarakat, kami merekomendasikan penggunaan masker medis oleh orang-orang yang sakit dan mereka yang merawat orang sakit di rumah,” terang Ghebreyesus. (aci)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini