Oleh Setri Lediana
PADANG – Pandemi Covid-19 telah memukul banyak sektor, termasuk pula sektor kuliner seperti rumah makan, restoran dan kafe. Tempat-tempat ini kehilangan banyak pelanggan dibandingkan masa sebelum pandemi. Para pengusaha kuliner kewalahan, mereka butuh pelanggan. Namun di lain sisi, tempat-tempat ini juga menjadi tempat yang rawan penyebaran Covid-19.
Agar keadaan bisa membaik bagi kedua pihak, yakni untuk pengusaha kuliner dan juga masyarakat agar bisa berbelanja makanan dengan aman tanpa tertular corona, maka perlu ada kesadaran dari kedua belah pihak. Protokoler kesehatan adalah harga mati yang harus dipatuhi. Sementara jaminan keamanan berupa tes swab dari pemilik usaha dan karyawan juga harus dilakukan, agar tidak menjadi penular bagi pelanggan.
“Tolong pantaskan diri dan pantaskan tempat usaha untuk bisa aman di masa pandemi. Dengan begitu pemerintah tidak akan ragu membuka ‘keran’ satu demi satu. Dengan begitu pengusaha akan mendapatkan pelanggan yang lumayan,” ujar anggota DPRD Padang, Budi Syahrial saat menjadi salah satu narasumber Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan Harian Singgalang bekerjasama dengan Satgas Covid-19-BNPB, Jumat (11/12).
Budi mengatakan, wajar saat ini pelanggan di tempat usaha kuliner berkurang jauh. Dia memperkirakan salah satu penyebabnya adalah keran pendidikan tatap muka yang belum dibuka.
“Setidaknya ada 100 ribu pelanggan usaha kuliner di Kota Padang yang hilang karena pandemi. Potensi uang dari jumlah orang ini sekitar Rp300 miliar. Dana ini seharusnya beredar dan masuk ke kantong pemilik usaha,” ujarnya.
Sebanyak 100 ribu orang ini, lanjut Budi merupakan para mahasiswa dari lintas universitas negeri dan swasta yang ada di Kota Padang. Merekalah yang biasanya menjadi pelanggan setia usaha kuliner, suka jajan di tempat makan dan nongkrong di kafe.
Untuk itulah, lanjut Budi, baik jika semua pelaku usaha berusaha memantaskan diri di era tatanan baru (new normal) saat ini. Terapkan protokoler kesehatan dengan baik di tempat usaha masing-masing. Lakukan tes swab secara berkala untuk memastikan seluruh karyawan bebas dari covid 19 dan tidak berpotensi menjadi penular virus tersebut ke pelanggan. “Dengan begitu pemerintah tidak akan ragu membuka satu per satu ‘keran’ lagi. Misalnya di pendidikan tatap muka, pelanggan pun akan banyak lagi,” ujarnya.