[caption id="attachment_18371" align="alignnone" width="650"]
Teror bom di Paris (antara foto/reuters)[/caption]JAKARTA – Pengamat intelijen Indonesia, Wawan Hari Purwanto menduga peristiwa teror Paris oleh kelompok militan ISIS beberapa waktu lalu melibatkan bantuan intelijen Prancis sendiri.
Menurutnya, mustahil pria bersenjata bisa masuk ke tempat umum semudah itu tanpa ada yang menyadarinya, terutama di negara seketat Prancis.“Kalau bukan karena keterlibatan orang dalam, mana mungkin orang bawa senjata berat begitu tidak ketahuan. Sekuriti di sini (di Indonesia) saja kalau saya masuk saja digeledah, ada alat detektornya,” kata staf ahli Badan Penanggulanangan Nasional Teroris (BNPT) itu.
Sejak insiden penembakan 11 jurnalis Charlie Hebdo pada awal Januari 2015, Pemerintah Prancis telah memperketat pengawasan dan keamanan di negaranya terhadap ancaman teror. Ditambah lagi Negeri Mode itu akan menyelenggarakan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan 2015 COP21 di Paris pada 30 November sampai 11 Desember 2015.“Jadi tidak mungkin kalau bukan ada yang membawa masuk, mengundang, militan ISIS itu bisa masuk ke negara yang sedang meningkatkan pengawasan sedemikian rupa,” ujarnya.
Wawan mengungkapkan, ada agen intelijen Prancis yang tidak mau ia sebutkan namanya yang ingin menjalankan tugas ke Suriah namun terhalang dengan kondisi konflik berkepanjangan. Karena itu, ia bersedia bekerja sama dengan ISIS agar diberi jalan dengan menuntun militan masuk ke konser di Paris.“Dia juga tewas, ya dia berdiri di sebelah pelaku bom bunuh dirinya,” tutur Wawan.(aci)
