Pengembangan Model Manajemen Literasi Berbasis Kreativitas di SMPN Payakumbuh

×

Pengembangan Model Manajemen Literasi Berbasis Kreativitas di SMPN Payakumbuh

Bagikan berita
Foto Pengembangan Model Manajemen Literasi Berbasis Kreativitas di SMPN Payakumbuh
Foto Pengembangan Model Manajemen Literasi Berbasis Kreativitas di SMPN Payakumbuh

Oleh Dasril/Mahasiswa Doktoral Pascasarjana UNPPerencanaan literasi di sekolah sebelum dilaksanakan pelatihan dan pendampingan manajemen literasi diperoleh rerata secara keseluruhan sebesar 2.35 dengan capaian 58.80 persen dari 5 aspek penilaian. Literasi selama ini pada SMP Negeri Payakumbuh implementasi literasi kurang maksimal, hal ini dilatar belakangi kepala sekolah dalam mengelola literasi belum sepenuhnya memiliki komitmen dan menguasai fungsi-fungsi manajemen. Sosialisasi gerakan literasi di sekolah pernah dilaksanakan namun lama kelamaan semangat membaca buku menjadi hilang. Kepala sekolah kurang memahami bagaimana cara mengelola literasi sehingga implementasi literasi tidak berjalan sesuai harapan. Fasilitas pendukung pelaksanaan literasi sangat minim, sehingga warga sekolah kurang termotivasi.

Kebutuhan manajemen literasi dipoeroleh rerata skor 4.00dengan capaian 79.70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kepala sekolah sangat membutuhkan pelatihan tentang bagaimana mengelola literasi berbasis kreativitas.  Kebutuhan kepala sekolah akan literasi diperoleh rerata sebesar 3.70 dengan capaian 74.00 persen.Terakhir kebutuhan akan fasilitas gerakan literasi diperoleh rerata sebesar 2.23 dengan capaian 42.75 persen. Hal ini berarti kepala sekolah telah berhasil memfasilitasi warganya akan kebutuhan fasilitas dalam mendukung budaya baca.

Pengetahuan kepala sekolah tentang ilmu manajemen sangat minim, hal ini dilatar belakangi bahwa kepala sekolah pada umumnya tidak berlatar belakang pendidikan Administrasi Pendidikan. Kepala sekolah adalah guru yang diangkat menjadi kepala sekolah yang memiliki tugas pokok untuk menata, melakukan supervisi dan mengembangkan inovasi sekolah.Ada 5 komponen yang harus dipertimbangkan yaitu Sintaks yaitu langkah-langkah atau pedoman yang harus diikuti oleh pengawas, kepala sekolah,  guru bahasa Indonesia dan pengelola perpustakaan, Sistem sosial menekankan bagaimana pengawas berperan aktif dan peserta pelatihan dalam mencapai tujuan pembelajaran, Prinsip reaksi menekankan padaperubahan perilaku kepala sekolah dan guru bahasa Indonesia dalam mengelola literasi, Sarana pendukung model yaitu tersedianya panduan kepala sekolah dalam mengelola literasi, dan materi pelatihan sebagai sumber belajar dalam memahami manajemen literasi, Dampak pembelajaran merupakan dampak instruksional yang dapat diamati melalui tingkat pengetahuan kepala sekolah guru bahasa Indonesia dalam memahami manajemen literasi. Sedangkan dampak pengiring dapat diamati melalui perubahan sikap dan keterampilan kepala sekolah dan guru bahasa Indonesia dalam mengimplementasikan literasi sekolah.

Kritikan dan masukan yang diberikan oleh kepala sekolah dan guru pada buku model manajemen literasi berbasis kreativitas adalah hendaknya dimasing-masing tahapan sintaks diberi penjelasan tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta pelatihan dan pengawas. Kritikan dan masukan pada buku panduan kepala sekolah adalah hendaknya layout ditata ulang. Sedangkan kritikan dan masukan pada buku materi literasi adalah konsep literasi yang dimaksud masih kurang dipahami, perlu konsep literasi disusun ulang kalimatnya sehingga tidak menimbulkan keracuan makna.Kritikan dari pembimbing dan pembahas tentang hipotetik model manajemen literasi berbasis kreativitas yang dihasilkan, dimana langkah-langkah sintaks terdiri dari tujuh langkah yakni; perencanaan, program, anggaran, pengorganisasian, motivasi, pengawasan dan evaluasi. Desain awal digambarkan dalam bentuk lingkaran tanpa ada tanda panah dari langkah perencanaan kepada langkah selanjutnya hingga langkah akhir yaitu evaluasi.

Model manajemen literasi ini dapat diterapkan diberbagai jenjang pendidikan baik jenhjang PAUD, TK, SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi. Model ini akan memberikan panduan kepada kepala sekolah dalam mengelola literasi berbasis kreativitas, dimulai dari kegiatan perencanaan, cara memprogramkan kegiatan, penganggaran, pengorganisasian,cara memotivasi warga sekolah, cara mengawasi kegiatan dan mengevaluasi kegiatan.Sedangkan karakteristik model manajemen literasi berbasis yaitu kegiatan perencanaan didasarkan pada hasil analisis kebutuhan sesuai dengan keadaan sekolah, memiliki panduan yang jelas dalam mengelola literasi berbasis kreativitas, pengembangan literasi tidak hanya samapai kepada kegiatan pembiasaan membaca 15 menit, akan tetapi warga sekolah diberi kesempatan dalam menuangkan ide dan gagasan pokoknya dalam bentuk menulis buku, menulis artikel dan jurnal, mengedepankan pemodelan artinya program literasi akan berhasil apabila kepala sekolah dan guru dapat menjadi contoh bagi peserta didik, baik dalam membaca buku dan menulis karya ilmiah.

Paper ini ditulis oleh Dr. Dasril M. Pd sebagai bagian penyelesaian program Doktoral di Program Studi Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNP dibawah bimbingan Promotor Prof. Dr. Rusdinal M. Pd dan Co-Promotor Dr. Yahya M. Pd.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini