Perayaan Malam 1 Suro Tradisi Masyarakat Jawa di Gunung Medan

×

Perayaan Malam 1 Suro Tradisi Masyarakat Jawa di Gunung Medan

Bagikan berita
Foto Perayaan Malam 1 Suro Tradisi Masyarakat Jawa di Gunung Medan
Foto Perayaan Malam 1 Suro Tradisi Masyarakat Jawa di Gunung Medan

DHARMASRAYA - 1 Muharam yang dikenal dengan 1 Suro dalam masyarakat Jawa jatuh pada tanggal 18 Juli 2023 pada kalender Masehi.Acara Peringatan 1 Suro adalah tradisi Jawa yang ada di Sumatera Barat khususnya di Gunung Medan, karena masyarakat di Gunung Medan didominasi oleh masyarakat Jawa Transmigrasi pada kisaran tahun 1976.

Acara ini bertujuan untuk memperingati pergantian tahun Hijriah dari 1444 H menjadi 1445 H karena bertepatan dengan tanggal 1 Muharam dalam kalender Islam.Dalil terkait perayaan 1 Suro ini berdasar dari Surah Al- asr. Yang mana kandungan ayat tersebut memberi peringatan bagi kita agar tidak menyia-nyiakan waktu.

Oleh karena itu pada 1 Suro diadakan kegiatan keislaman puji-pujian kepada Allah, dan berselawat kepada Baginda Rasulullah.Karena dianggap rugi jika diawal tahun baru Islam ini tidak diisi dengan kegiatan keislaman.

Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa awal mula adanya 1 Suro adalah penggabungan kalender Islam dan Jawa.Sultan Agung Mataram mencetuskan 1 Suro awalnya bertujuan untuk menggabungkan Islam Abangan dengan Islam Santri agar saling menguatkan.

Baca juga:

Sebenarnya tidak ada amalan khusus yang diwajibkan untuk dilakukan di malam 1 Suro.Tetapi ada beberapa pendapat yang mensunahkan untuk minum susu dalam niat agar satu tahun ke depan, kehidupannya seputih susu.

Selain itu minum susu ini, juga dalam rangka memperingati ketika Rasulullah haus dalam perjalanan Isra mi'raj beliau meminum susu.Acara ini diadakan di balai desa. Mulai dari pagi hari, ibu-ibu sudah mulai bergotong royong memasak bersama di balai desa. Biasanya pada masyarakat Jawa tradisi gotong-royong memasak bersama ini dinamakan Rewang.

Hal yang dimasak mulai dari cemilan seperti lemper, getuk, dan goreng-gorengan hingga makan malam dengan berbagai macam lauk dan sambal. Pada hari sebelumnya para bapak-bapak juga sudah terlebih dahulu bergotong-royong mendirikan tenda dan dapur.Rangkaian acara ini dimulai dengan selawatan yang diiringi dengan pukulan rebana, pembacaan ayat suci Al Quran, kata sambutan Jorong dan Wali Nagari, juga diselipkan perkenalan dari perwakilan mahasiswa KKN, pembacaan doa, penyampaian tausiah, selanjutnya disambut dengan nyanyian selawatan diiringi rebana.

Selawatnya tidak jauh berbeda dari tradisi Selawat dulang dalam tradisi Minangkabau, hanya perbedaan dari bahasa pada nyanyiannya.Acara ditutup dengan makan bersama para peserta laki-laki, sedangkan perempuan membawa nasi (dalam bahasa jawa disebut dengan istilah bekal) untuk dibawa pulang ke rumah. (rel/atika)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini