Pertamina Andalan Indonesia untuk Penyediaan Energi Nasional

×

Pertamina Andalan Indonesia untuk Penyediaan Energi Nasional

Bagikan berita
Pertamina Andalan Indonesia untuk Penyediaan Energi Nasional
Pertamina Andalan Indonesia untuk Penyediaan Energi Nasional

[caption id="attachment_19479" align="alignnone" width="640"]LARIS - Pertalite sebagai salah BBM inovasi Pertamina, diterima dengan dengan tangan terbuka oleh masyarakat. Keberadaannya, jadi bisa disamakan dengan energi BBM yang telah ada. Tampak antrian kendaraan yang menunggu di masing-masing jenis BBM yang dijual Pertamina. (hendri nova) LARIS - Pertalite sebagai salah BBM inovasi Pertamina, diterima dengan dengan tangan terbuka oleh masyarakat. Keberadaannya, jadi bisa disamakan dengan energi BBM yang telah ada. Tampak antrian kendaraan yang menunggu di masing-masing jenis BBM yang dijual Pertamina. (hendri nova)[/caption]Hendri Nova, Wartawan Harian Singgalang

Pohon-pohon di Bukit Barisan yang membatasi antara Nagari Api-APi dan Nagari Bayang Pesisir Selatan, mulai menghijau kembali. Kondisi itu seiring dengan makin banyaknya warga kedua nagari yang pindah pada bahan bakar gas, dan tidak lagi memakai kayu bakar.Padahal sebelum moratorium minyak tanah ke gas digulirkan pemerintah, tingkat konsumsi kayu bakar sangat tinggi. Hampir tiap hari kaum ibu memanjat bukit mencari kayu api, untuk sarana memasak sehari-hari.

tak heran, areal perbukitan Barisan jadi gundul dan hanya ditumbuhi ilalang. Semak-semak yang dibiarkan hidup hanya yang akan beranjak besar. Sementara semak-semak yang memiliki kemungkinan sebagai kayu api sudah ditebang dalam keadaan basah.Hal itu dilakukan masyarakar, karena sulitnya mendapatkan ranting kayu yang sudah mati. Kayu-kayu basah yang ditebang itu, setiba di rumah mereka jemur hingga kering.

Ada juga yang meletakkannya di atas rak kayu api yang sengaja dibuat di atas tungku, agar cepat kering dan bisa digunakan sebagai bahan bakar. Maka tak mengherankan, tak ada satupun kayu di perbukitan yang bisa besar. Semua ditebang, untuk dijadikan kayu bakar.Kehadiran gas tiga kilogram yang dibagikan pemerintah, membuat mereka jadi akrab dengan gas. Mereka merasakan banyak keuntungan dengan memakai gas.

"Pastinya tidak ada lagi asap, tak payah menjaga api agar tetap menyala, peralatan makan jadi bersih bebas arang, dan tentu saja hemat tenaga," kata Iwas, salah seorang warga Api-Api Bayang, Pesisir Selatan Sumbar.Tak hanya Iwas, tetangganya yang lain juga jadi betah menggunakan gas. Sebelumnya mereka bertetangga sangat kompak pergi bersama mencari kayu api ke atas bukit.

Pertamina dan Energi NasionalSebagaiman dirilis pertamina.com, menurut Direktur Utama dan CEO PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan, permintaan energi global dalam beberapa dekade terakhir sebagian besar dipenuhi dengan bantuan kemajuan teknologi di sektor energi. Namun, kenyataannya warga masih tetap hidup di dunia yang penuh kelangkaan, sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan terutama di area sumber daya energi konvensional.

Masalah dipersulit dengan meningkatnya konsumsi energi yang diprediksi akan terus melejit seiring pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Menurut sebuah laporan British Petroleum, konsumsi energi primer di Asia Pasifik diprediksi akan meningkat 63,4 persen menjadi 7.8 miliar setara ton minyak di tahun 2030.Hal ini menyajikan tantangan bagi pemimpin-pemimpin regional ketika mereka berusaha mencari cara untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayahnya, terutama ketika pasar-pasar yang sedang berkembang menjalani tahapan-tahapan industrilisasi dan urbanisasi.

Lalu bagaimana dengan Indonesia ? Berfokus pada negeri sendiri, Indonesia, dengan kekayaan sumber daya energi alami, masih jauh dari mengamankan ketahanan energi masa depannya.Konsumsi energi primer Indonesia telah meningkat lebih dari 50 persen sejak 2000 hingga 2010. Namun, produksi minyak, yang masih mendukung sebagian besar kebutuhan energi, telah turun dari puncak produksi sejumlah 1,6 juta barel per hari menjadi hanya 861.000 barel per hari di tahun 2012.

"Pada saat bersamaan, cadangan minyak terbukti menurun lebih dari 1,9 miliar barel sejak 1992, yang merupakan penurunan paling tajam di Asia," tambahnya.Jadi apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan kondisi energi Indonesia ? Karen akan menyajikan tiga area aksi utama yang dapat membantu mengamankan masa depan energi Indonesia.

Pertama, mengurangi ketergantungan pada minyak. Pertama harus menyadari bahwa Sumbar terlalu tergantung pada minyak untuk menjalankan roda kegiatan bangsa.Meskipun peran minyak telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, minyak tetap mencakupi 30 persen dari total konsumsi energi primer di tahun 2011. Ketergantungan ini diperburuk dengan kemampuan penyulingan yang rendah dan menurunnya produksi minyak bumi yang membuat Indonesia menjadi net importir minyak.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini