PPTTG Revitalisasi Wisata Lauak Pukek Kampung Nelayan Era New Normal

×

PPTTG Revitalisasi Wisata Lauak Pukek Kampung Nelayan Era New Normal

Bagikan berita
Foto PPTTG Revitalisasi Wisata Lauak Pukek Kampung Nelayan Era New Normal
Foto PPTTG Revitalisasi Wisata Lauak Pukek Kampung Nelayan Era New Normal

Oleh: Tim Universitas Bung Hatta/Haryani, Mirza Zoni, Ade Fitri RahmadaniUNIVERSITAS Bung Hatta salah satu dari 32 penerima pendanaan program pengabdian kepada masyarakat skema UKM Indonesia bangkit dan Penerapan Teknologi Tepat Guna kepada Masyarakat tahun anggaran 2020.

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat melalui pendanaan program PPTTG merupakan kegiatan Program Penerapan Teknologi Tepat Guna kepada masyarakat bagi Perguruan Tinggi yang sumber pendanaannya dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional.PPTTG merupakan salah satu upaya mengakselerasi proses hilirisasi produk teknologi hasil penelitian Perguruan Tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Ada dua manfaat sekaligus dapat dicapai, pendayagunaan produk teknologi hasil litbang dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Selama wabah virus corona/Covid-19 melanda dunia, Indonesia tak terkecuali Provinsi Sumatera Barat telah memporakporandakan perekonomian kita. Sumatera Barat yang cukup dikenal sebagai daerah kunjungan wisata karena alamnya yang penuh pesona dan memiliki aneka ragam budaya yang mengundang selera wisatawan untuk berkunjung ke Ranah Minang ini.

Namun, pada masa Covid-19 Sumatera Barat sempat menerapkan PSBB demi mencegah penularan lebih luas virus ini.Para wisatawan pun takut berkunjung ke Sumatera Barat sehingga menyebabkan angka kunjungan wisatawan turun drastis. Hal ini sangat berdampak pada pereonomian daerah dan juga mematikan bidang pariwisata di Sumatera Barat. Banyak tempat-tempat destinasi wisata yang ditutup bahkan gulung tikar. Kondisi ini sungguh sangat menyakitkan dan menyedihkan kita bersama.

Seiring dicabutnya status PSBB, Sumatera Barat juga mulai memasuki dan menerapkan kehidupan new normal yaitu beradaptasi dengan kebiasaan baru. Pemerintah Propinsi Sumatera Barat mulai melakukan langkah gerak cepat kembali menata kehidupan perekonomian masyarakat. Dinas Pariwisata Sumatera Barat, juga mulai melaksanakan kembali promosi Pariwisata Sumatera Barat dengan melakukan berbagai macam kegiatan wisata. Tujuannya menarik kembali minat para wisatawan untuk berkunjung ke Ranah Minang dengan menjamin kunjungan yang aman dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.Salah satu destinasi wisata Kampung Nelayan Pasie Nan Tigo mengalami keterpurukan imbas dari wabah Covid-19.

Kampung nelayan Pasie Nan Tigo (PNT) adalah salah satu kampung nelayan yang ada di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Kelurahan Pasia Nan Tigo terdiri dari 14 RW dimana sembilan diantaranya merupakan RW pesisir berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan banyak penduduk yang bekerja sebagai nelayan.Secara geografis kampung nelayan Pasia Nan Tigo posisinya sangat strategis karena dekat dengan pusat Kota Padang dan Bandara Internasional Minangkabau.

Di sisi lain kampung nelayan PNT masih terjaga keasliannya ditengah hiruk pikuk pembangunan Kota Padang. Penelitian Haryani (2018), kampung nelayan PNT dapat dikembangkan sebagai kampung wisata nelayan berbasis Anak Nagari sebagai destinasi wisata baru di Kota Padang dengan pemberdayaan masyarakat.Hasil Penelitian Haryani (2017) pengembangan atraksi wisata di Pasie Nan Tigo diantaranya, wisata alam, berenang, berkemah, memancing, berkuda, jetski, berperahu, olah raga pantai, berjemur, telusur pantai dan bermain layang-layang. Wisata non alam, outbond, wisata taman/berkebun, wisata pendidikan, kuliner, joging track dan panggung kesenian dan wisata budaya kampung nelayan, tolak bala, membuat perahu, membuat jala, mahelo pukek (Haryani, 2017).

Destinasi wisata Kampung Nelayan Pasie Nan Tigo mengalami keterpurukan imbas dari wabah C-19. Sebanyak 12 Rumah makan 'lauak pukek' yang menjadi handalan kampung nelayan ini sepi pengunjung. Omset turun drastis bahkan beberapa ada yang gulung tikar karena sepi pengunjung. Saat ini hanya ada 8 rumah makan 'lauak pukek' yang kembali bangkit.Masa new normal (adaptasi kebiasaan baru), rumah makan 'lauk pukek' Pasie Nan Tigo yang kembali buka, namun pembeli/pengunjung berkurang hingga 50 persen.

Hal ini dikarenakan banyak pengunjung beraktifitas di rumah (WFH). Kalaupun ada pengunjung ke rumah makan 'lauak pukek', mereka sangat khawatir rumah makan tidak menerapkan protokol kesehatan. Melalui PPTTG Revitalisasi Wisata 'lauak pukek' new normal, aktivitas rumah makan Pasie Nan Tigo kini menerapkan kebiasaan baru dalam menerapkan protokol kesehatan. Menjaga jarak dan menghindari kerumunan, memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun yang dikenal dengan konsep 3 M. Penerapan protokol Covid-19 dalam kebiasaan baru rumah makan 'lauak pukek' yaitu selalu patuh terhadap protokol kesehatan diantaranya setiap pengunjung yang datang harus mencuci tangan terlebih dahulu, menjaga jarak antar pengunjung, jumlah satu kelompok pengunjung dibatasi maksumum 10 orang/meja, mengatur tata letak meja kursi, penyaji memakai masker dan celemek yang bersih.Dengan cara ini diharapkan peningkatan kepatuhan pengunjung dan rumah makan terhadap 3 M sehingga dapat mencegah terjadinya penularan C-19. Prilaku kepatuhan 3M menjadi upaya pencegahan yang penting dalam tatanan kehidupan baru kini.

PPTTG Revitalisasi rumah makan 'lauk pukek' new normal melalui penerapan protokol kesehatan adalah salah satu program bagi masyarakat penikmat 'lauk pukek' Pasie Nan Tigo sehingga pengnjung tidak perlu khawatir karena rumah makan sudah menerapkan protokol Covid-19.Melalui PPTTG di berikan 1 unit alat pencuci tangan yang ramah lingkungan dan masker kepada pemilik rumah makan 'lauak pukek' mitra RM 'Palanta Bundo'.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini