Puan Maharani, di Antara Sejarah dan Jati Diri Minangkabau

×

Puan Maharani, di Antara Sejarah dan Jati Diri Minangkabau

Bagikan berita
Puan Maharani, di Antara Sejarah dan Jati Diri Minangkabau
Puan Maharani, di Antara Sejarah dan Jati Diri Minangkabau

JAGAD RAYA politik Indonesia kembali heboh dipicu oleh pernyataan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Puan Maharani. Pernyataan itu dibuatnya awal bulan September ini saat melewarkan salah satu pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat. Puan ketika itu bertindak dalam kapasitasnya sebagai Ketua DPP (Dewan Pimpinan Pusat) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang ikut mendukung pasangan itu bersama dengan dua partai lainnya. Tiba-tiba diakhir pidatonya, dari mulut Puan meluncur kalimat; “semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila," Kalimat inilah yang kemudian menuai berbagai tanggapan masyarakat terutama warga Minangkabau, hingga akhirnya menjadi isu yang menasional.Seiring dengan memanasnya suhu politik Sumatera Barat menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) secara serentak, ada berbagai faktor penyebab mengapa isu ini menjadi besar. Namun saya tidak akan membahas hal itu, karena sudah banyak sekali ulasan-ulasan yang dibuat oleh para pakar tingkat tinggi hingga ke pengamat politik tingkat kampung. Yang jelas, selain dari jabatannya sebagai Ketua DPR-RI, Puan Maharani juga merupakan anak Megawati Soekarno Putri, Ketua Umum PDI-P/mantan Presiden RI yang sekaligus cucu dari Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia.

Dipicu oleh pernyataan Puan Maharani itu, bagi saya hikmahnya hari-hari belakangan ini merupakan “Hari Kebangkitan Minangkabau”. Betapa tidak, karena keadaan masyarakat dan para pemimpin negeri yang sekarang rata-rata buta sejarah, sehingga nama Minangkabau serta peranan dan sumbangan tokoh-tokoh Minangkabau yang dulunya begitu harum dalam upaya merebut kemerdekaan, belakangan hampir tenggelam dan dilupakan orang. Tiba-tiba akibat ucapan Puan itu, Ranah Minangkabau ini kembali menjadi pembicaraan nasional, tidak hanya tokoh-tokoh Minangkabau yang bersuara, tetapi juga tokoh-tokoh nasional papan atas lainnya. Mulai dari ulama kondang Ustad Abdul Somad hingga pengamat politik terkenal Rocky Gerung, mereka membicarakan Minangkabau dari berbagai sudut pandang. Dari hal adat budaya orang Minangkabau, prilaku masyarakatnya, dan lainnya, penilaian serta ulasan-ulasan mereka itu boleh dikatakan semuanya positif terhadap Minangkabau.Mereka kembali mengangkat masa lalu, mengenang jasa-jasa para pahlawan nasional dari Minangkabau, sebuah wilayah yang pendukuknya hanya berjumlah 2-2.5% dari jumlah penduduk Indonesia, tetapi mampu memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap usaha kemerdekaan Republik ini. Akademisi Ruslan Ismail Mage, seorang putra asli dari tanah Bugis, dalam buku hasil kajiannya berjudul “Generasi Emas, Pemikir Gadang Minangkabau” mengatakan mayoritas yang merancang kemerdekaan Republik Indonesia ini adalah orang Minangkabau. Pengakuan Ruslan, “…awalnya saya perkirakan hanya sekitar 50% peranan orang Minangkabau dalam upaya merebut kemerdekaan ini, namun ternyata semakin jauh menelusuri jejak sejarah pergerakan bangsa ini menuju kemerdekaan, semakin muncul data-data bagaikan sumber mata air yang tidak pernah kering mengalirkan nama tokoh-tokoh besar yang hampir semuanya orang Minangkabau asli (ayah ibu Minangkabau). Atau setidaknya mengalir darah Minangkabau dalam diri mereka, apakah dari pihak ayah atau pihak ibunya. Sehingga jika diprosentasekan hampir 80% orang yang merancang kemerdekaan negeri ini adalah orang Minangkabau. Begitu pula hampir 80% sastrawan dan penulis buku fenomenal adalah orang Minangkabau,” demikian hasil kajian Ruslan.

Tayangan ILC (Indonesia Lawyers Club) di TVOne, Selasa, (8/9/20) lalu, mungkin merupakan puncak dari dampak ucapan Puan Maharani. Sejumlah tokoh diundang oleh ILC yang digawangi oleh Karni Ilyas, seorang tokoh wartawan asal Minangkabau yang sangat piawai dalam mengendalikan “talk show” terkenal itu. Tak pelak lagi, tayangan ILC kali ini juga menjadi sesuatu yang fenomenal, karena dari 13 orang tokoh itu hanya mungkin 3-4 orang saja yang bukan orang Minangkabau. Alhasil dalam ILC malam itu, Karni Ilyas  seperti seorang konduktor yang memimpin sebuah pertunjukan symphony orchestra Minangkabau,  yang mempersembahkan kehebatan orang-orang Minangkabau dari berbagai sudut pandang kehidupan, dan itu nampaknya berhasil. Buktinya, selesai acara langsung viral di media sosial, media-media online juga tidak ketinggalan menyiarkannya. Bahkan ketika artikel ini ditulis pun pembahasan/perdebatan masih belum berhenti, terutama di media-media sosial.Hasril Chaniago, seorang tokoh wartawan Sumatera Barat, salah satu di antara pembicara dalam ILC malam itu, katanya mewakili suara dari daerah. Hasril ibarat salah seorang peserta dalam ajang pertandingan nyanyian semisal X-Factor atau Indonesian Idol, ia berhasil tampil memukau dan menjadi bintang ILC berkat kemampuan dan penguasaannya yang baik terhadap sejarah nasional dan Minangkabau. Paparannya tentang berbagai peristiwa sejarah, tentang sikap orang Minangkabau yang begitu sayang kepada Soekarno, hingga kemudian kecewa dan berakhir dengan terjadinya PRRI. Paparan Hasril itu berhasil menyampaikan pesan sejarah orang Minangkabau kepada bangsa Indonesia, yang selama ini seolah-olah terpendam, bahwa peristiwa PRRI dulu itu bukanlah pemberontakan oleh orang Minangkabau terhadap pemerintah pusat. Tetapi sebagai bentuk kekecewan sekaligus teguran karena pemerintahan Soekarno yang dinilai sudah keluar dari rumusan-rumusan Pancasila, tapi pusat kurang mampu menerjemahkannya. Setelah acara berakhir, di media-media sosial seperti group-group whatsapp, twitter dan facebook misalnya, berbagai tanggapan positif disampaikan terhadap paparan Hasril yang runut dan apik itu. Ia sekaligus juga dinilai berhasil memberikan pencerahan dan kesadaran terhadap orang-orang yang sebelum ini tidak pernah mengenal atau yang selama ini tidak pernah peduli terhadap sejarah. Pendek kata menurut saya Hasril berhasil menjadi guru sejarah bangsa malam itu, terutama bagi kalangan orang-orang Minangkabau.

Pewarisan sejarah dan budaya itu sangat penting terhadap keutuhan sebuah bangsa. Karena sejarah mampu membangkitkan semangat persatuan dan kebersamaan, sejarah juga mampu menyelesaikan benang kusut pertentangan, karena itu sejarah adalah kebenaran, bukan pembenaran. Generasi yang tidak diajarkan sejarah, kelak cenderung menjadi orang-orang durhaka akibat ketidak-tahuannya. Jadi kalau anak-anak sekarang tidak tau memaknai hari kemerdekaan, atau terjadinya perdebatan terhadap peristiwa PKI dan lain-lain misalnya, itu bukan salah mereka. Itu adalah kesalahan para pemimpin dan para orang tua yang tidak mengajarkan sejarah kepada mereka. Lebih celaka lagi kalau pemimpin yang tidak tau dan tidak peduli sejarah, maka ia akan mencari-cari pembenaran dan kesalahan terhadap sesuatu masalah atau peristiwa, karena tidak punya pegangan sejarah sebagaituntunan.Mahathir Mohamad di Malaysia mungkin salah satu contoh seorang pemimpin yang hari ini sangat merasa rugi karena dulu kurang memperhatikan sejarah. Pertama jadi Perdana menteri mulai dari 1981 selama 22 tahun ia memerintah dan berhasil menjadikan Malaysia seperti sekarang ini. Boleh dikatakan di setiap sudut negeri di Malaysia ini, di sana ada jejak Mahathir yang telah berjasa membangun negerinya, meningkatkan ekonomi dan pendidikan masyarakatnya. Mahathir lah yang mengirim begitu banyak para mahasiswa cemerlang untuk belajar ke mana-mana di luar negeri, ambisinya untuk menjadi negara maju, terdepan dalam industri, informasi dan teknologi. Tapi karena kealpaannya terhadap sejarah, orang-orang yang ia kirim dulu sekarang sudah menjadi para pemimpin. Terlepas dari langkah-langkah politik yang diambilnya, hari ini hampir tidak ada terdengar orang berbicara bagaimana hebatnya dulu Mahathir menyelamatkan ekonomi Malaysia di kala krisis moneter melanda, bagaimana hebatnya ia melawan hegemoni Barat.

Tapi karena kealpaannya yang kurang peduli terhadap pembangunan budaya, maka justru yang diterimanya sekarang adalah sikap durhaka, caci maki masyarakat kalangan muda yang menilainya sebagai orang tua yang tidak tau diri, sudah pikun dan lain-lain sebagainya. Tanpa disadarinya, karena meminggirkan budaya, lahir lah masyarakat yang kurang beradat dan beradab. Pada hal yang mencaci makinya di media-media sosial itu kebanyakan adalah anak-anak muda yang dulu ketika ia berkuasa untuk pertama kali mereka masih kecil-kecil dan sebahagian besar masih belum lahir. Mereka tidak tau kalau dulu Mahathir adalah seorang pemimpin yang hebat. Sedangkan para pemimpin lapisan ke tiga, yang dulu ia kirim belajar, yang kini sudah memegang berbagai jabatan dan profesi, semua seolah-olah diam melihat orang tua itu dibuli, menyedihkan memang, tapi itulah  harga yang harus dibayar oleh Mahathir!Mumpung sekarang sedang terjadi proses pilkada di Sumatera Barat, maka para tokoh dan pemikir Minangkabau perlu kiranya memanfaatkan keadaan yang saya istilahkan sebagai “Hari Kebangkitan Minangkabau” ini. Sekarang kita melihat betapa pentingnya peranan sejarah dan budaya dalam kehidupan berbangsa, inilah faktor yang akan membangkitkan jati diri orang Minangkabau itu kembali, yang kian hari kian tergerus. Ketika kita paham sejarah, kita tau siapa kita, ternyata para pendahulu kita adalah orang-orang hebat, ternyata kita adalah sebuah suku/etnik yang hebat dan dikagumi oleh banyak orang.

Ternyata selama ini kita sudah terpesong dan dikelabui (jalan dialiah) oleh tangan-tangan tersembunyi, sehingga kita meminggirkan kepentingan sejarah dan budaya kita. Ternyata sejarah dan kebudayaan itu mampu merekat dan membangunkan rasa kekitaan. Hari ini, ketika kita bicara tentang jati diri kepada kalangan remaja, jangankan untuk memahaminya, istilah jati diri itu sendiri mereka tidak tau, karena kata itu sudah ditukar menjadi “identitas” yang berasal dari bahasa bangsa penjajah “identity”, itupun mereka mungkin hanya sekadar tau saja.Sependek pemahaman penulis, dari hasil-hasil kajian perbandingan dan pendekatan terhadap budaya-budaya etnis lainnya, ternyata ABS-SBK (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) di Minangkabau adalah sebuah konsep yang sangat cerdas. Tapi disebabkan selama ini kita sangat lemah dalam hal kesejarahan dan kebudayaan, terutama di tingkat pemimpin, maka konsep itu hanya dipandang enteng dan hanya jadi mainan bibir saja, tanpa tau apa maksud dan tujuannya, ada yang tau tapi tidak paham. Oleh karena itu, calon-calon kepala daerah di Sumatera Barat, yang besok ini akan berlaga, mereka terlebih dahulu harus diuji kemampuan pengetahuan dan pemahaman, serta kepedualiannya terhadap sejarah dan budaya Minangkabau.

Perlu diketahui juga bahwa agama adalah bahagian dari kebudayaan, meskipun ada pendapat lain, tapi hal ini saya sampaikan supaya  tidak ada suara yang mengatakan mengapa sejarah dan budaya saja. Bahkan di zaman dulu kebanyakan pemimpin Minangkabau selain mereka alim ulama, tapi juga penghulu atau pakar dalam hal budaya/adat istidat. Jadi untuk itu, rekan-rekan di organisasi wartawan, para akademisi dan para tokoh masyarakat sangat perlu memainkan peranan dalam forum-forum debat pilkada nanti, supaya kedepan kita tidak lagi terbeli kucing dalam karung. Karena segala sesuatu kebijakan itu akan lebih mudah kalau datangnya dari pemimpin tertinggi yang tau dan memahami.Membangkitkan kesadaran sejarah dan budaya dalam masyarakat bukanlah hal yang gampang, bahkan sangat sulit, karena akan ada rintangan-rintangan dari orang-orang suruhan yang berasal dari kelompok tangan-tangan tersembunyi yang mengkhawatirkan hal ini. Apa lagi kalau kebangkitan itu terjadi di Ranah Minangkabau yang memang menjadi target utama untuk dihancurkan secara kebudayaan, maka memori sejarah orang Minang harus dihapuskan terlebih dahulu. Momentum ini juga harus dimainkan oleh para pemikir di kalangan para Diaspora Minangkabau Dunia (MDN-G) yang dinilai punya wawasan lebih luas karena pergaualan internasional. Semoga kebangkitan Minangkabau ini menjadi kenyataan. Terima kasih. (Dirwan Ahmad Darwis, ISTAC-IIUM, Malaysia).

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini