Puasa Momentum Menjaga Ketaatan

×

Puasa Momentum Menjaga Ketaatan

Bagikan berita
Foto Puasa Momentum Menjaga Ketaatan
Foto Puasa Momentum Menjaga Ketaatan

Menjadi muslim yang baik adalah konsekuensi logis dari pernyataan iman seseorang. Iman sebagai bentuk pernyataan keyakinan dan kesetiaan, sedangkan Islam sebagai wujud kepatuhan atas ketentuan dari Zat yang diyakini tersebut.Wujud ketaatan sebagai muslim dapat dilihat dari tiga aspek yaitu ketaatan untuk beramal, istiqamah dalam beramal dan menjaga amal dari segala hal yang dapat merusaknya.

Pertama, ketaatan untuk beramal. Fungsi utama penciptaan manusia adalah menjadi hamba yang tunduk dan patuh terhadap perintah Allah dan menjauhi larangan. Maka kepatuhan itu diwujudkan dalam rupa ibadah. Tidak aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepadaku (al-Zariyat:56).Kedua, istiqamah dalam amal. Ketaatan mesti berwujud secara kuantitas dan kualitas. Artinya kontinuitas amal harus terjaga meskipun dalam kuantitas yang minimum. Itulah sebabnya para ulama tafsir ketika menjelaskan perintah shalat dengan kalimat qama selalu dengan makna dawam yaitu terus-menerus, kontinue, berkekalan. Sebaik-baik amal yang dicintai oleh Allah ialah yang terus-menerus, meskipun hanya sedikit (Bukhari dan Muslim).

Ketiga, menjaga amal dari semua hal yang dapat merusak kualitasnya. Beramal sesuai dengan ketentuan rukun dan syarat adalah mutlak dipenuhi, menjaga amal dari semua kemungkinan yang dapat membatalkannya juga harus diperhatikan, namun yang lebih utama adalah menjaga amal tersebut dari hal yang dapat merusak kualitasnya.MENJAGA KETAATAN

Abu Bakar al-Washity menyebutkan bahwa menjaga amal kebaikan lebih sulit dari melakukan amal itu sendiri. Amal baik itu layaknya seperti kaca yang sangat mudah pecah dan sangat sulit untuk memperbaikinya kembali seperti semula (Tanbih al-Ghafilin: 33)Memiliki kesanggupan untuk bisa beramal tidak mudah, seperti halnya tidak mudah juga untuk istiqamah dalam amal, namun menjaga amal dari semua yang dapat merusaknya lebih sulit sebab yang dapat merusak amal ketaatan itu bersifat batiniyah, tidak kasat mata dan hanya Allah dan orang yang beramal tersebut yang dapat mengetahuinya.

Mahmud bin Labid telah menyampaikan bahwa Nabi SAW bersabda: hal yang paling aku takuti dari kalian (umatku) adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya, apakah syirik kecil itu, ya Rasul? Riya, jawab Nabi. Pada hari kiamat kelak ketika Allah membalas amal hambanya, maka Allah berkata kepada mereka: pergilah kepada orang yang amal kalian dikerjakan disebabkan oleh riya kepada mereka dan mintalah kepada mereka pahala kebaikan yang telah kalian kerjakan (Ahmad dan Baihaqiy).Imam Abu Laits Nashr bin Muhammad al-Hanafi al-Samarqandi mengutip dalam kitabnya Tanbih al -Ghafilin pendapat Imam Ali bin Abi Thalib yang mengidentifikasikan empat tanda dari amal yang tidak terjaga dari yang merusaknya yaitu bermalas-malasan bila amal dilakukan sedang sendirian, bersemangat bila dihadapan manusia, bertambah kuantitas ibadahnya bila disanjung dan berkurang apabila dicemooh. (Tanbih al-Ghafilin:30)

Orang yang beramal dengan tujuan selain mencari ridha Allah, akan dibayar kontan semenjak mereka hidup di dunia. Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan. (Hud: 15-16).Maka Ramadan dengan beragam ibadah di dalamnya, terutama ibadah puasa, mengajarkan tentang pentingnya kepatuhan untuk beramal dan menjaganya dari segala yang dapat merusak kualitasnya. Siapa yang berpuasa karena keimanan dan perhitungan maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu. (Bukhari)

Penulis adalahWakil Sekretaris Tarbiyah-PERTI Sumbar/ Wakil Ketua Bidang Akademik STIT Syekh Burhanuddin Pariaman

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini