[caption id="attachment_10206" align="alignnone" width="600"]
Ilustrasi (net)[/caption]PADANG - Pengamat transportasi dari Universitas Andalas, Yossyafra menilai kemacetan yang terjadi selama arus mudik dan balik Lebaran di Sumbar disebabkan kapasitas jalan yang rendah.
"Ini sudah sejak enam tahun lalu. Kondisi jalan memang baik, namun kapasitasnya masih rendah dan tidak sebanding dengan volume kendaraan," katanya.Kemacetan sudah menjadi masalah klasik di daerah ini, bahkan diperkirakan puncak kemacetan masih akan terjadi hingga dua hari ke depan. Setelah itu akan terjadi penurunan, lalu naik lagi.
Untuk menyelesaikan permasalahan itu, menurutnya saat ini hanya bisa dilakukan dengan adanya manajemen lalu lintas yakni kerja sama antar pihak terkait seperti Kepolisian, Dinas Perhubungan (Dishub) dan Dinas Pekerjaan Umum (PU).Kepolisian bertugas menerapkan peraturan buka tutup jalan, baik itu searah atau dua arah. Kemudian Dishub menyiapkan personel untuk siap siaga adanya kerusakan kendaraan di jalan sekaligus menyediakan mobil derek.
Sedangkan Dinas PU bersiap siaga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan khususnya bencana di daerah-daerah rawan dan padat kendaraan."Hal itu yang selama ini sering terlupakan oleh pemerintah setempat. Khususnya mobil derek harus bersiap di kawasan padat lalu lintas seperti Bukittinggi dan Padang Panjang dan titik tanjakan," tambahnya.Terkait rendahnya kapasitas jalan, ia menyampaikan perlu adanya penyelesaian jangka menengah dan jangka panjang termasuk jalur alternatif dan jembatan layang.Menurutnya, saat ini sudah ada jalur alternatif Sicincin-Malalak dan sudah beroperasi. Yang harus disegerakan pula ialah pembangunan jalan Lubuk Alung-Sicincin untuk lebih mengoptimalkan kelancaran lalu lintas.
Selain faktor kapasitas jalan yang rendah, ia menilai faktor pengendara dengan perilaku yang tidak semestinya juga memiliki kontribusi besar mengakibatkan kemacetan.(aci)sumber:antara
Editor : Eriandi, S.Sos
