Rumah Gadang untuk Bundo Kanduang, Luruskan Sejarah Prof. Achmad Mochtar

×

Rumah Gadang untuk Bundo Kanduang, Luruskan Sejarah Prof. Achmad Mochtar

Bagikan berita
Foto Rumah Gadang untuk Bundo Kanduang, Luruskan Sejarah Prof. Achmad Mochtar
Foto Rumah Gadang untuk Bundo Kanduang, Luruskan Sejarah Prof. Achmad Mochtar

PADANG - Penelusuran sejarah Minangkabau menjadi bagian dari usaha pelestarian nilai budaya di Sumatera Barat. Misi itu pula yang diusung lewat dua agenda Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Sumbar yaitu, Peresmian Monumen dan Peluncuran Buku Biografi Prof. Dr. Achmad Mochtar, serta Peresmian Pemakaian Rumah Gadang Bundo Kanduang Minangkabau.Dua agenda itu dikemas dalam satu kesempatan yang sama di Aula Kantor Gubernur Sumbar, Senin (28/12), di mana Gubernur Sumbar langsung membubuhkan tanda tangan penanda diresmikannya Monumen Prof. Dr. Achmad Mochtar serta Rumah Gadang Bundo Kanduang Minangkabau tersebut.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebutkan, peluncuran biografi Prof. Dr. Achmad Mochtar mesti jadi pengingat dan penyemangat bagi generasi masa depan Sumbar untuk kelak menjadi tokoh yang diperhitungkan hingga tingkat dunia, layaknya capaian yang diraih oleh ilmuan yang juga pejuang Prof. Dr. Achmad Mochtar.“Dalam buku ini kita dapat menyaksikan betapa dikaguminya sosok Prof. Achmad Mochtar oleh dunia di masa lalu. Kita berharap kisah dalam buku ini jadi penyemangat bagi generasi muda kita, agar ke depan mencapai juga apa yang telah dicapai oleh para pendahulu kita,” kata Irwan Prayitno, didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti.

Gubernur juga memastikan, ke depan Pemprov Sumbar melalui Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi akan terus memberikan dukungan dan terlibat dalam upaya pengusulan Prof. Achmad Mochtar sebagai pahlawan nasional. “Proses pengusulan ini akan kita jalankan dengan sebaik mungkin lewat Dinas Sosial,” kata Irwan lagi.Di sisi lain, Kepala Disbud Sumbar Gemala Ranti menambahkan, bahwa peluncuran biografi Prof. Dr. Achmad Mochtar “Pahlawan Kemanusiaan Indonesia” adalah bagian dari penelusuran sejarah Minangkabau, dan diharapkan memberi penegasan kelaikan Prof. Dr. Achmad Mochtar untuk segera diangkat sebagai pahlawan nasional.

“Melalui buku ini, kita berharap informasi dan kisah Prof. Dr. Achmad Mochtar tersebarluaskan kepada khalayak. Sebab, beliau adalah tokoh penting dan pejuang bangsa, yang sebelum kemerdekaan saja juga sudah mendapatkan penghargaan dan pengakuan tertinggi,” kata Gemala.Ilmuan dan Pejuang

Sementara itu di sela peluncuran buku biografi Prof. Dr. Achmad Mochtar, ketua tim penulis Hasril Chaniago berbagi sedikit kisah dan proses yang dilalui oleh tim penulis saat menyusun biografi tersebut. Ia mengaku, meski pengerjaan buku hanya memakan waktu kurang lebih dua bulan, tetapi proses yang dilalui sangat banyak diwarnai ragam kemudahan dan bantuan dari pihak-pihak yang mengagumi dan menghormati Achmad Mochtar.“Jauh-jauh hari, penulisan biografi Prof Achmad Mochtar juga telah masuk agenda saya. Beliau, adalah tokoh yang sangat dihormati di kalangan ilmuan dunia, terlebih dalam sepak terjangnya sebagai Direktur Pribumi pertama pada Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bentukan pemerintah Hindia Belanda,” kata Hasril Chaniago.

Pada masa itu, kata Hasril, Lembaga Eijkman adalah pusat riset penyakit tropis terhebat di dunia, yang berdiri di bawah kendali Cristian Eijkman selaku direktur pertama, yang pernah mendapatkan nobel berkat penelitiannya terhadap penyakit beri-beri di Hindia Belanda di masa itu.“Penunjukan Prof. Dr. Achmad Moctar sebagai direktur pertama dari kalangan pribudmi pada lembaga itu, menunjukkan kemampuan dan kapasitas keilmuan yang dimiliki dapat membuat dirinya duduk sama rendah dan tegak sama tinggi dengan ilmuan luar negeri saat itu,” kata Hasril lagi.

Selain diakui berkat keilmuannya, sambung Hasril, Prof. Dr. Achmad Moctar juga sangat laik menyandang gelar pahlawan nasional, berkat keputusan heroiknya menjadi martil demi melindungi segenap staf dan ilmuan di Lembaga Eijkman, yang dituduh oleh Pemerintah Jepang telah melakukan pencemaran terhadap vaksin tetanus yang diberikan kepada para pekerja romusha.“Selama penulisan buku ini, kami bertemu banyak sekali orang yang sangat menghormati dan mengagumi Prof. Achmad Mochtar, dan rela memberikan waktu dan pikiran untuk membantu penyelesaian biografi ini,” kata Hasril lagi.

Di sisi lain, Siti Khairani selaku ahli waris (keponakan) Prof. Dr. Achmad Mochtar, dalam kesempatan itu menghaturkan ribuan terima kasih kepada Pemprov Sumbar, Gubernur, Dinas Kebudayaan, tokoh masyarakat, dan tim penulis yang telah menginisiasi dan memfasilitasi kelahiran monumen Prof. Dr. Achmad Moctar di kampung halamannya, Bonjol Kabupaten Pasaman, serta kelahiran buku biografi sang ilmuan pejuang tersebut.Rumah Gadang Bundo Kanduang

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno juga meresmikan pemakaian Rumah Gadang Bundo Kanduang Minangkabau, yang diserahkan penggunaannya secara simbolis kepada Ketua Persatua Bundo Kanduang Sumatera Barat Prof. Puti Reno Raudha Thaib.“Selama ini, persatuan Bundo Kanduang telah berkiprah dalam upaya pembangunan kebudayaan di Sumbar, sehingga sangat pantas kami dari Pemprov Sumbar menyediakan ruang untuk berkumpul, agar lebih banyak lagi produk untuk kepentingan pelestarian kebudayaan yang dihasilkan,” kata Irwan Prayitno.

Hal senada turut disampaikan Kepala Disbud Sumbar Gemala Ranti, yang berharap agar kehadiran Rumah Gadang Bundo Kanduang Minangkabau yang letaknya bersisian dengan Gedung Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar itu bisa difungsikan semaksimal mungkin untuk memelihara dan meningkatkan nilai-nilai kebudayaan di Sumbar.“Kita tentu berharap upaya pelestarian nilai-nilai itu terus menuju arah yang lebih baik. Kita berharap agar Rumah Gadang Bundo Kanduang ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kegiatan pelestarian budaya itu,” kata Gemala Ranti.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini