Santri Bersarung Mandar di MTI Canduang

×

Santri Bersarung Mandar di MTI Canduang

Bagikan berita
Foto Santri Bersarung Mandar di MTI Canduang
Foto Santri Bersarung Mandar di MTI Canduang

Khairul JasmiSederetan santri duduk dengan takzim di depan makam Syekh Sulaiman Ar Rasuli di komplek MTI Canduang. Memakai kupiah, jas dan sarung sutra mandar warna hitam. Ada juga warna maron, bermotif kotak-kotak. Sepatu mengkilat Semua dominan hitam.

Di depan mereka, agak serong ke kiri, berdiri dua santri, perempuan berbaju Pramuka memegang tongkat, menyilangkannya, sehingga jalan ke arena utama terhambat. Ini prosesi pemberian ijazah yang khidmat. Setelah belajar berbilang tahun, kini mereka tamat sudah.Di dekat makam Syekh Sulaiman Ar Rasuli, yang akrab disapa Inyiak Canduang, terbentang sebuah spanduk besar: "Milasd 94 tahun MTI Canduang." Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) ini didirikan pada 1928, kelas I sampai VII.

Di hadapan mereka, duduk pula para tamatan perempuan yang juga akan menerima ijazah. Sama takzim nya. Cantik-cantik. Di pentas, duduk guru mereka menyerahkan ijazah dan membacakan janji.Begitulah suasana di bawah tenda di halaman sekolah itu pada Kamis (26/5) yang cemerlang. Sekujur Marapi terlihat dengan jelas. Gunung ini adalah saksi saat para ulama kaum tua Minangkabau berkumpul bersepakat mendirikan MTI. Itu hampir satu abad silam.

Milad ini, juga sebelumnya peresmian Museum Syekh Sulaiman Ar Rasuli, dihadiri Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, Ketua PD Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah-Perti) Sumatera Barat Sofyarma Marsidin, Bupati Agam Andri Warman, Ketua Badan Pengurus Yayasan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, Syukri Iska, Keluarga, jemaah Tarbiyah-Perti serta ninik-mamak dan masyarakat luas.Terlihat pula orang tua murid. Mereka menyaksikan anak-anak mereka menerima ijazah, sesuatu yang sejak awal mereka impikan.

Mereka mengantarkan anaknya belajar ke MTI Canduang, bukan tanpa alasan. Ingin, agar si anak tahu dengan agama tapi juga tahu dunia. Pemberian Ijazah angkatan ke-82 MTI Candung dilakukan dengan mewisuda 145 orang, terdiri dari 69 perempuan dan 76 orang laki-laki. Santriwan/wati tersebut tidak hanya berasal dari daerah selingkup Sumatera Barat, tapi juga berasal dari pulau Sumatera dan Jawa.Dari 145 santriwan/wati yang telah dinyatakan lulus, lebih dari separo telah diterima di beberapa perguruan tinggi yang tersebar di Indonesia.

Inyiak Canduang lahir pada 1871 dan meninggal dunia dalam usia 99 tahun, 1970. Selama sepekan, dikibarkan bendera setengah tiang. Sekolah yang didirikan ulama besar itulah yang mengadakan milad sekaligus pemberian ijazah, sekaligus peresmian museum. Mereka yang diwisuda pada Kamis itu, jelas tak bersua dengan pendiri sekolah tersebut, tapi ilmu yang ia tinggalkan diamalkan oleh peserta didikan ya.Siang jatuh sempurna di Canduang, panas menggigit, jalan yang tadi ditutup, sekarang sudah dibuka, tapi MTI masih ramai. Anak-anak yang bersarung sutra mandar itu, memegang ijazahnya dengan erat. Sebentar lagi, mereka akan pulang. Ada yang melanjutkan kuliah, ada yang kembali ke kampung dan bekerja. Selamat memasuki dunia yang sebenarnya.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini