Portal Berita Terkini Sumatera Barat
Tak Berkategori  

Saya Datang ke Sini untuk Sembuh

Werry Darta Taifur dituntun petugas ke ruang perawatan di Semen Padang Hospital. (ist)

OLeh Lenggogeni

SETELAH ditinggal perawat yang mengantarkannya, Werry Darta Taifur yang menjalani perawatan Covid-19 di Semen Padang Hospital (SPH) sendirian di kamar 514 yang sepi dan mulai menata barang bawaan. Saat itu pikiran negatif semakin banyak yang muncul. Diantaranya bagaimana anggota keluarga dan orang yang bekerja di rumah.

“Apakah mereka juga terpapar Covid-19. Kalau orang yang bekerja di rumah terpapar, tentu anak-anaknya juga terpapar. Kalau istri dan anak terpapar bagaimana jadinya. Kemudian terbayang bagaimana nasib teman  saya Dokter Farhan dan Windasnofil  (Win) yang sedang di rawat di RSUP M. Djamil dan berjuang melawan Covid-19 di ruang yang sudah memakai ventilator dan pendukung lainnya,” katanya.

Ia juga teringat Dokter Farhan yang mengirim pesan lewat WA beberapa hari sebelumnya yang menyatakan Han pasrah dan sudah ikhlas kawan. Kemudian teringat foto Win yang sudah dipenuhi alat-alat yang dipasang ditubuhnya karena sudah masuk kategori kritis. “Kedua teman saya ini dalam keadaan sehat walafiat sebelum masuk rumah sakit, tapi mengalami kondisi semakin drop dalam waktu yang singkat. Kemudian terlintas juga dalam pikiran saya bagaimana proses pemakaman jenazah yang terpapar Covid-19 yang tidak bisa disaksikan keluarga  dan dimakamkan di tempat yang jauh. Banyak lagi pikiran negatif lain dan semuanya dirasakan berada di depan mata,” kenang Werry.

Rasanya ia sudah lama di kamar dan sudah selesai Shalat Zuhur, belum satupun perawat yang datang, sehingga ia mulai merasa gelisah dan keringat di badan terus semakin banyak serta badan semakin tidak enak. Waktu terasa lama sekali berlalu. “Alhamudillah, tidak lama kemudian, satu perawat dengan memakai APD lengkap datang, tetapi baru mengantarkan makan siang yang dibungkus rapi, dilengkapi dengan gelas kertas dan peralatan makan yang hanya untuk satu kali pakai dan setelah itu harus dibuang ke tempat sampah khusus,” jelas mantan Rektor Universitas Andalas ini.

Sambil menunggu perawat datang, ia sempat mengamati kelengkapan kamar, ternyata dispensernya bocor dan air mengalir di lantai. Keadaan ini tentu sangat tidak nyaman dan bisa mengakibatkan keluar airnya terus mengalir di lantai. Di dalam kamar juga terpasang alat untuk pembersih udara yang bunyinya cukup keras, juga menganggu kenyamanan untuk tidur. “Saya amati alat tersebut terdapat stop kontak  menghidupkan dan mematikannya dan saya coba mematikannya. Bunyi bising  dari alat tersebut hilang dan memuat saya lebih nyaman,” jelas Werry yang menghilangkan rasa sepi dengan menghubungi istri dan anak melalui video call.

Ia menceritakan suasana kamar yang sepi sekali dan di luar kamar sudah ada sekat-sekat yang tidak mungkin berkomunikasi dengan pasien lainnya. Selain itu, ia minta agar semua anggota keluarga dan orang yang bekerja di rumah untuk mengikuti swab test di Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas pada Senin (2/11) dan menyampaikan tambahan keperluan untuk diantarkan ke rumah sakit.  “Dengan video call ini perasaan sepi saya bisa dikurangi dan pikiran negatif dapat dialihkan. Setelah video call dengan keluarga, waktu Shalat Ashar masuk dan saya langsung Shalat Ashar,” jelasnya.

Tidak lama setelah shalat, dua perawat dengan trolly peralatan kesehatan datang dan menanyakan keadaannya dengan ramah.  “Saya tidak dapat melihat dengan jelas wajah kedua perawat tersebut karena tertutup dengan ADP lengkap. Perawat menjelaskan kondisi saya dari pemeriksaaan awak baik dan tidak ada yang mengkhawatirkan. Mendengar penjelasan tersebut, hati saya sedikit tenang dan bersyukur kepada Allah SWT karena tidak ada yang mengkhawatirkan. Tapi kata perawat selanjutnya bapak harus diinfus untuk mengantisipasi penyebaran virus dalam tubuh selama tiga hari berturut-turut,” jelasnya.