Saya Percaya Deteksi Kesehatan Indonesia

×

Saya Percaya Deteksi Kesehatan Indonesia

Bagikan berita
Foto Saya Percaya Deteksi Kesehatan Indonesia
Foto Saya Percaya Deteksi Kesehatan Indonesia

INI masih soal herannya dunia dan ngeyelnya sebagian orang Indonesia, tentang corona jahat itu. Kenapa anak bangsa ini yang diam di dalam negeri, tak terkena corona. Saya memperhatikan kekhawatiran anak bangsa Indonesia akan corona.Banyak yang takut. Ketakutan yang menular, tapi hampir tak ada yang memakai masker. Jika pun ada, aneh saja kelihatannya. Menutup-nutup hidung, bukan kebiasaan penduduk negara agraris.

Masih ingat kabut asap Riau, setebal selimut, peduli amat, tak ad apakai masker, merokok pun, tak terhalang.Ini virus corona, tak kelihatan. Sangat mematikan, tapi seberapa orang rakyat Indonesia mau memakai masker? Di pesawat? Awak kain saja tak pakai. Di bandara? Petugas saja tak pakai. Saya memakainya, segelintir lain juga. Lainnya? Tidak sama-sekali. Mereka enjoy-enjoy saja.

Saya percayaTak perlu ragu pola deteksi orang sakit keluar masuk Indonesia, karena petugas di Indonesia sudah sangat berpengalaman. Apa pengalamannya? Inilah bangsa di dunia setelah Saudi, yang mengirim jemaah hajinya setiap tahun dan jemaah umrah setiap hari. Deteksi kesehatan mereka tidak main-main. Mana ada hal semacam ini di Amerika, China, Eropa, Australia. Bangsa itu hanya amat sedikit mengirim jemaah haji dan umrah ke Tanah Suci.

Data Kementerian Agama menunjukkan: Pada 2014-2015, jumlah jamaah umrah Indonesia mencapai 649.000 orang. Sementara pada 2018-2019, jumlahnya mencapai 974.650 jamaah.Bahkan , jumlah jemaah umrah sempat tembus 1,5 juta orang pada 2017-2018.  Sebanyak itu orang berangkat serentak, pemeriksaan kesehatannya tidak main-main. Untuk haji misalnya diperiksa secara telaten di puskesmas atau rumah sakit. Di bandara. Hal serupa juga dilakukan untuk umrah.

Pengalaman bertahun-tahun itu, membuat petugas kesehatan menjadi profesional. Selain itu, menurut kawan saya yang kakaknya adalah dokter pelabuhan, siapapun dia, jika sakit dan diduga corona, tidak diperkenalkan masuk dan keluar. Di bandara juga begitu.Dunia Tak Percaya

Karena tak percaya dengan Indonesia bangsa asing geleng-geleng kepala akan bangsa kita. Anak bangsa sendiri juga tak percaya. Pers ikut-ikutan tak percaya.Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau P2P Kementerian Kesehatan RI, dr. Achmad Yurianto, kepada TvOne menyebutkan, sejak Januari 2020, Indonesia meminta WHO agar melakukan dua kali cek terhadap seseorang yang dicurigai terkena corona.

Ia menyebut, sampai pada Minggu 1 Maret 2020, Indonesia negatif virus corona. Ia minta agar dibedakan seseorang yang dicurigai (susfect) corona dengan "orang dalam pengawasan". Yang diduga, adalah orang yang sakit dari negara terkena virus corona dan pernah kontak langsung dengan korban. Sedang dalam orang dalam pengawasan, hanya untuk mencegah, kalau-kalau dia sakit karena corona. Mereka sekarang sudah tidaksakit dan sudah pulang. Ada yang baru masuk rumah sakit berobat. Diawasi saja, sebab mereka tidak sakit.Menilik cara penanganan jemaah haji dan umrah oleh kementerian kesehatan yang begitu jelimet, maka saya percaya pada lembaga yang sama untuk penanganan corona. Kenapa percaya, karena inilah bangsa terbesar pengirim jemaah haji dan umrah selama bertahan-tahun. Virus egala virus ditangani dengan baik, dengansistem komando yang bagus.

Tentu pendapat saya ini adalah pendapat orang awam. Jika setelah ini ada rakyat Indonesia yang tinggal di Indonesia yang terkena corona maka itulah nasib kita. Bangsa besar yang mengurusnya tidaklah mudah. (khairul jasmi)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini