SDN 17 di Kawai Lintau Kekurangan Siswa dan Guru

×

SDN 17 di Kawai Lintau Kekurangan Siswa dan Guru

Bagikan berita
Foto SDN 17 di Kawai Lintau Kekurangan Siswa dan Guru
Foto SDN 17 di Kawai Lintau Kekurangan Siswa dan Guru

LINTAU - Hampir mirip dengan cerita SD Muhammadiyah Gantong di novel Laskar Pelangi yang nyaris tutup karena kekurangan murid, SDN 17 yang terletak di Jorong Kawai Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar juga terancam tutup karena kekurangan murid sekaligus kekurangan guru PNS. Bedanya, SD yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu tak reot dan tak pula terancam ambruk.Bangunannya cukup representatif, bahkan bisa dikatakan lumayan bagus. Cukup pula untuk setiap kelas, plus ruang guru dan ruang kepala sekolah. Mungkin hanya kamar mandi yang tak memadai karena hanya ada dua ruangan dengan pintu yang sudah rusak.

Kondisi kekurangan siswa dan guru tersebut menurut Kepala Sekolah, Asbar D SPd, sudah berlangsung sejak lima tahun terakhir. Penyebabnya, beberapa guru ada yang pensiun dan ada pula yang mutasi. Namun, pengganti dari guru pensiun dan mutasi tersebut tak kunjung ada, sehingga kekurangan guru semakin bertambah.Sebenarnya, ada guru honor yang direkrut. Tapi, perekrutan guru honor berimbas pada beban biaya yang harus dikeluarkan. Sementara, dari dana BOS, aturan untuk guru honor hanya bisa dikeluarkan sebanyak 15 persen.

Saat ini, hanya terdapat lima guru PNS termasuk kepala sekolah dan empat guru honor ditambah dua honorer untuk tenaga administrasi dan penjaga sekolah. Dari dana BOS, hanya bisa untuk menggaji satu orang guru honor. Itupun hanya Rp400 ribu sebulan. Sisanya, terpaksa diakali dengan melibatkan orang tua siswa alias dengan iuran.Namun, ke depan, kebijakan memungut iuran tersebut dirasa akan memberatkan. Apalagi, jika nantinya kekurangan guru PNS bertambah, tentu beban untuk honor guru juga bertambah.

“Kalau guru kelas tak ada, tentu kelas yang tak memiliki guru itu akan ditompangkan ke sekolah lain. Jika itu terjadi, maka orang tua semakin enggan menyekolahkan anaknya di sini dan secara berangsur bisa saja sekolah ini tak ada murid lagi dan tutup,” ujarnya.Asbar mengaku sudah mengajukan penambahan guru PNS kepada dinas terkait sejak Juli 2019, namun belum ada realisasi hingga sekarang. Yang diajukan adalah penambahan tiga guru kelas dan satu guru bidang studi (agama).

“Mungkin karena sekolah kita ini digolongkan sebagai sekolah kecil karena jumlah siswa yang sedikit itu, sehingga pemerintah lebih memenuhi kebutuhan guru di sekolah yang siswanya banyak,” ujarnya saat ditemui, Jumat (8/11) lalu.Sementara itu, terkait jumlah siswa yang minim, dikatakannya, total jumlah siswa sebanyak 85 orang. Ada kelas yang bahkan jumlah siswanya hanya 8 orang, yakni kelas 5. Sedangkan yang paling banyak murid kelas 2 sebanyak 19 orang.

Sebenarnya, sekolah itu pernah menampung cukup banyak siswa. Bahkan, satu rombel pun pernah lebih dari 30 orang. Itu di era 70 hingga 80-an. Namun, semakin hari jumlah siswa semakin berkurang. Ditengarai, hal itu disebabkan karena orang tua di jorong itu banyak pula yang menyekolahkan anaknya di jorong lain.“Untuk permasalahan kekurangan siswa ini, kami sudah mendiskusikan dengan kepala sekolah di dua jorong lain. Diharapkan tahun depan, sekolah-sekolah itu tidak menerima siswa dari jorong ini. Karena kondisi sekarang, kita kekurangan siswa, sementara mereka ada yang berlebih. Seharusnya sudah diberlakukan zonasi, tapi nyatanya tidak dilakukan,” tambahnya.

Asbar juga mengaku sudah memusyawarahkan terkait kondisi yang mengkhawatirkan tersebut dengan tokoh masyarakat setempat. Selain itu, dalam waktu dekat ia juga akan melibatkan alumni yang selama ini belum pernah dilibatkan.Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat setempat yang juga alumni SD tersebut, Nasrul AR berharap, kondisi kekurangan guru dan siswa tersebut segera cepat dapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Tanah Datar. Karena, SD itu sudah mempunya sejarah panjang bagi masyarakat. Sempat beberapa kali berganti nama hingga menjadi SDN 17 Kawai saat ini.

Dalam sejarahnya, pembangunan secara fisik sekolah itu sudah sering dilakukan secara swadaya. Caranya dengan mengadakan sandiwara rakyat. Hasil pertunjukan diberikan kepada pembangunan kelas dan lainnya. Sangat disayangkan jika suatu saat harus tutup hanya karena kekurangan siswa dan guru, katanya. (rin)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini