Padang, Singgalang – Hari ke tujuh pasca vaksinasi dilakukan kepada sejumlah pejabat di Sumbar belum ada yang merasakan efek samping mengkawatirkan. Bahkan, tiga orang yang divaksin sejak 14 Januari belum ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI).
“Saya tidak ada reaksi apapun, semuanya biasa saja. Tidak ada efek samping seperti yang dikawatirkan
banyak orang di media sosial,” sebut Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Sumbar, Jasman
Rizal pada Singgalang, Rabu (20/1).
Jasman adalah salah satu yang menerima vaksinasi saat pencanangan vaksin Covid-19 pada 14
Januari di Aula Kantor Gubernur Sumbar. Dalam kesempatan itu, sebenarnya Gubernur Sumbar juga
dijadwakan, diikuti oleh sejumlah Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
Hanya hari pertama Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sumbar ini merasa efek langsungnya.
Itupun hanya merasa ngantuk. “Sejak disuntik, hanya itu efek yang saya rasakan. Bisa jadi karena saya
stres waktu itu, karena tekanan darah saya tidak turun-turun, jadi setelah disuntik saya menjadi
mengantuk,” katanya.
Kini, Jasman justru merasa lebih nyaman sejak divaksin. Dia sedikit bebas bergerak, karena merasa
memiliki antibodi untuk Covid-19 dalam dirinya.
Jadi, tidak ada beban mental lagi baginya untuk menghadiri sejumlah kegiatan. Apalagi sejak divaksin,
dirinya tidak memerlukan rapid test antigen untuk tugas ke luar daerah. “Ini yang paling saya rasakan.
Ketika rasa takut kita selama ini saat beraktifitas takut terpapar Covid-19, sekarang tidak ada lagi.
Rasanya seperti sudah bebas dari belenggu,” ungkapnya.
Meski begitu, Jasman mengakut tetap disiplin dengan protokol kesehatan. Meski merasa siap
beraktivitas, tapi protokol kesehatannya tetap jalan. “Kalau hanya patuh protokol kesehatan kan tidak
terlalu berat, selama ini kita tetap cemas walau sudah disiplin protokol kesehatan,”ujarnya.
Dikatakannya, masyarakat harus mencoba menerima saran dari pemerintah terkait dengan vaksin.
Menurutnya, kecil kemungkinan pemerintah akan mencelakakan rakyatnya sendiri. “Mana ada
pemerintah mau mencelakakan rakyatnya sendiri. Itu berat pertanggungjawabannya. Jadi cobalah
berpfikir positif dengan pemerintah,”ulasnya.
Dicontohkannya, selama ini untuk mengatasi sejumlah pendemi seluruh dunia selalu vaksin solusinya.
Seperti colera, folio dan campak. Hanya vaksin yang dapat mengatasi semua pandemi itu. “Kalau
vaksinnya yang jadi masalah, dari kecil kita sudah banyak vaksin dalam tubuh kita. Tapi kita menerima
saja, sekarang kenapa ketika ada pandemi yang nyata berbahaya Covid-19, harus mempercayai hoaks
yang tidak jelas sumbernya,” tegasnya.
Efek yang sama juga disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumbar, dr Pom Harry Satria. dr
Pom juga mendapatkan vaksinasi bersamaan dengan pencanangan vaksinasi di Sumbar tanggal 14
Januari lalu.
dr. Pom mengaku hingga kini tidak mendapatkan efek membahayakan. Dirinya hingga Sabtu, (16/1)
masih baik-baiknya. Tidak ada dirinya merasakan efek seperti yang dikawatirkan beredar bebas di
media sosial.
“Vaksin itu sudah melalui proses yang panjang. Dia menggunakan standar WHO dan pengawasan yang
ketat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang ketat. Secara materi dan pembuatannya tidak
sembarangan, jadi kita tidak bisa mengatakan vaksin itu sengaja dibuat untuk mebahayakan kita.
Buktinya saya tidak mendapatkan efek berbahaya,”sebutnya.
Dikatakannya, selaku Ketua IDI dirinya jelas akan ikut mengawasi reaksi vaksin tersebut pada
masyarakat. Apalagi sebagai lembaga independen, dirinya melihat tidak ada yang janggal dengan vaksin Sinovac yang digunakan untuk vaksinasi Covid-19.
“Semuanya sudah dilakukan uji coba secara bertahap. Dan dari ribuan yang sudah disuntik belum ada yang mendapatkan reaksi berat. Jika ada hanya reaksi ringan yang dapat dipulihkan,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Padang, Firdaus
Umar. Bahkan, Firdaus sebagai relawan dirinya mengaku bersyukur mendapatkan vaksin lebih dulu.
“Harusnya kita bersyukur ada vaksin. Karena hanya vaksin ini solusi terbaik. Saya sebagai relawan
bersyukur, buktinya sampai sekarang saya tidak ada efek yang membahayakan diri saya,”ungkapnya.
Secara nasional juga belum ditemukan efek membahayakan dari vaksinasi. Komisi Nasional Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) terus memantau pelaksanaan program vaksinasi Covid-19,
termasuk mendengarkan laporan masyarakat. Hingga Rabu (20/1), Komnas KIPI mengatakan ada 30
laporan KIPI yang bersifat ringan dan tidak ada reaksi serius yang memerlukan perawatan intensif
setelah tenaga kesehatan (nakes) mendapat vaksin Covid-19 pertama kali.
“Dari laporan KIPI yang masuk ke kami, semua bersifat ringan dan sesuai dengan yang
dilaporkan jurnal-jurnal, dan di tempat lain, semua kondisinya sehat. Jadi, tidak ada yang memerlukan
perhatian khusus sampai saat ini,” ujar Prof Hindra Irawan Satari, Ketua Komnas KIPI dalam acara
Dialog Produktif bertema KIPI: Kenali dan Atasi yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid- 19
dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (20/1). (104/107)
Komentar