
PADANG – Walaupun memiliki kekurangan fisik, Imannuel Radot Tri Parta Sitorus (19), optimis menyelesaikan soal ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) sebagai langkah menggapai cita-citanya di sektor 14 Fakultas Kedokteran Gigi Unand, Jati, Padang, Selasa (31/5).
Pria asal Jambi tersebut menempuh perjalanan darat selama 12 jam menuju lokasi ujian sebelum hari penentuan masa depannya. Selama ujian, ia dibantu tim dari Sekolah Luar Biasa (SLB). Ada panitia pelaksana yang nantinya akan membacakan setiap soal kepada Imanuel pada ruangan khusus, agar nantinya peserta ujian lain tidak terganggu.
Penuh optimis, saat ia menyelesaikan ujian menggapai perguruan tinggi yang diimpikannya bersaing dengan peserta lain.
Anak ketiga dari Timbul Sitorus dan Sonta Mariani mengaku sendirian datang ke Padang untuk mengikuti ujian SBMPTN. Sebelumnya ia pernah mencoba mengikuti ujian, namun belum beruntung. Saat ini ia kembali mencoba dan berharap doanya dikabulkan.
“Jika sukses nanti, saya ingin menjadi pengusaha. Bisa membahagiakan kedua orang tua,” ungkapnya.
Ayah Imanuel merupakan bekerja sebagai satpam. Ibunya petugas cleaning service. Namun hal tersebut tidak menjadikan pria tunanetra tersebut pesimis dalam hidup.
Imanuel menambahkan, kekurangan fisik yang dialaminya tersebut berawal pada usia tujuh tahun saat sakit campak. Akibat sakit itu pengelihatanya terganggu. Kendati demikian, kondisi itu tidak menyurutkan niatnya meraih pendidikan yang lebih tinggi.
“Pada ujian SBMPTN kali ini, saya mengambil mata kuliah pendidikan luar biasa, Sastra Indonesia dan Sejarah di UNP. Banyak teman-teman yang mengalami kekurangan fisik berkuliah di sana. Saya ingin kuliah bersama mereka untuk meraih prestasi,” jelas pria yang beralamat di beralamat Jalan Sersan Muslim RT 24 Kelurahan Thehok Kecamatan Jambi Selatan, Kota jambi.
Sementara itu, pembimbing Imannuel yang merupakan Asisten Dosen, Ofi Riega (22) dan Rahmi Khalida (27), dosen di Pendidikan Luar Biasa UNP, dengan penuh semangat dalam membantu membacakan soal ujian secara bergantian.
Rahmi Khalida menuturkan, kesulitan yang dialami Imannuel yakni pada soal Matematika serta soal bergambar karena harus dipahami secara detail. “Sedangkan untuk membacakan soal kita membuat dengan cara berdongeng supaya dapat dipahami olehnya dalam menjawab,” katanya.
Soal yang diberikan sama dengan peserta lainnya. Hanya saja penyelesaian dibantu, namun bukan menjawab.
Wakil Rektor I UNP Agus Irianto sekaligus Wakil Ketua Panlok 17 SBMPTN Padang mengatakan, jumlah penyandang disabilitas yang mengikuti ujian SBMPTN 2016 sebanyak lima orang. Untuk soal ujian sama dengan peserta ujian lainnya tidak ada berbeda.(rian)