Catatan Udayana Muafsan
Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS SBK) adalah falsafah hidup Urang Awak yang telah diwariskan secara turun- temurun dalam adat lamo pusako usang. Adagium ini garis pandu atau bisa disebut sebagai pola hidup (way of life) orang Minag dalam dalam komunitasnya. Syara’ mangato adat mamakai”.
Dapatkah ABS SBK diterapkan secara murni dan konsekwen?
Dalam pandangan saya secara gradul sustainable, hal itu akan terjadi seiring dan sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat Minangkabau terhadap Islam itu sendiri. Dewasa ini sudah banyak lembaga pendidikan berbasis keislaman yang siap mendukung pemerintah daerah dalam melahirkan manusia-manusia berpendidikan yang selaras antara pendidikan keduniaan dan pendidikan agama Islam sebagai tuntunan hidup.
Kita akan menantikan kelahiran tunas-tunas muda yang berakhlak mulia sebagai buah dari maraknya sekolah-sekolah berbasis agama Islam yang tumbuh dan berkembang di Sumatera Barat.
Tak cukup hanya sampai di situ, pemahaman ABS SBK juga harus dibumikan kepada para pemimpin-pemimpin kita. Para niniak mamak pemangku adat, pemimpin daerah, pejabat dan pimpinan BUMN dan BUMD sejogjanya juga diberikan pelatihan-pelatihan keagamaan yang intensif sehingga mereka dapat menjadi suri tauladan bagi generasi muda. Kita mengharapkan dengan pelatihan agama yang lebih intensif dan terorganisir kepada pemimpin-pemimpin dimaksud, maka apa yang kita tumbuhkan kepada generasi muda dapat betul-betul melekat pada setiap elemen kehidupan di Ranah Minang.
Di sisi lain pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan juga hendaknya mendapat perhatian yang lebih. Disadari, Sumatera Barat sampai saat ini belum mendapatkan kandungan deposit baru yang tinggi untuk sumber daya oertambangan. Batu bara di Ombilin sudah hampir hampis depositnya dalam skala industri. Semen Padang sudah dikelola dengan baik. Di luar dua hal tersebut, belum lagi didapatkan sumber baru yang potensial untuk dikembangkan sebagai tambang berskala industri.
Sektor Industri sendiri, mengingat kondisi geografis yang cukup jauh dari pasar akan membuat Sumatera Barat kesulitan untuk membangun industri baik itu manufacturing maupun consumer good. Posisi geografis yang jauh dari pasar ini membuat industri yang akan dibangun rentan untuk tidak berkembang dengan baik karena persaingan dengan industri sejenis di daerah lain.
Untuk itu, kita tidak punya banyak pilihan untuk membangun ekonomi masyarakat. Pertanian, peternakan dan perikanan laut adalah sektor-sektor yang mestinya dijadikan prioritas dalam membangun ekonomi. Dari sektor ini, kita memiliki sumber daya alam yang mendukung, disamping juga mampu menyerap banyak tenaga sebagai pengerak roda perekonomian berbasis tiga elemen dimaksud. Perpaduan antara pengetahuan agama dan ketahanan ekonomi, diyakini akan menjadi landasan kuat bagi penerapan falsafah ABS SBK untuk tumbuh dan berkembang menjadi acuan bagi Sumatera Barat yang makmur dan madani.
Melihat perkembangan akhir-akhir ini, terbuka kesempatan untuk memilih pemimpin masa depan bagi Sumatera Barat. Ini tentu saja melalui oilkada yang akan digelar Desember mendatang. Penulis memiliki harapan yang sangat tinggi kepada sosok Buya Mahyeldi Ansyarullah dan tandemnya Audi Joinaldi. Buya Mahyeldi sesuai dengan sebutannya, sosok pemimpin dengan pengetahuan agama yang mumpuni.
Kerap memberi tauziah dalam berbagai kegiatan keagamaan. Pada pundaknya, penulis mengharapkan agar pendidikan agama yang intensif kepada ninik mamak oemangku adat, oemimpin BUMN dan BUMD di Sumatera Barat , serta oejabat-pejabat eselon II dapat dijadikan program prioritas.
Sementara untuk pembangunan ekonomi kerakyatan, ia akan disupport secara penuh dengan pengalaman yang teruji oleh tandemnya Audi Joinaldi. Sosok anak muda yang terbukti telah sukses membangun industri peternakan yang terintegrasi di wilayah Sulawesi.
Pembangunan ekonomi Sumatera Barat berbasis kerakyatan seiring dengan penerapan ABS SBK pada detak kehidupan masyarakat tidak lagi akan menjadi slogan tetapi menjadi napas kehidupan.
Majulah negeriku Minangkabau, Ranah nan den cinto pusako bundo.*
Komentar