PADANG – Ketua KIPI Sumbar, DR Raveinal menampik adanya kabar bohong (hoaks) tentang adanya lansia yang meninggal karena divaksin. Sejauh ini, tambah Revainal vaksinasi telah dilakukan pada lansia yang berporfesi sebagai tenaga kesehatan (nakes) dan tidak ada yang mengalami efek berbahaya. Hal ini juga serupa dirasakan oleh penerima vaksin yang bukan lansia. Tidak ada penerima vaksin yang mendapatkan efek berbahaya dari vaksinasi.
“Jika pun ada efek samping, hanya gejala ringan saja seperti ngantuk, pusing atau demam. Kalau pun demam biasanya cepat hilang dan bahkan sembuh tanpa perlu minum obat,” ujarnya saat Focus Group Discussion yang digelar Singgalang.
Reveinal menegaskan dalam menerima vaksinasi, semua orang berada posisi yang sama. Lansia tidak memiliki peluang yang lebih besar untuk merasakan efek samping daripada yang tidak lansia. “Vaksinasi pada lansia dan bukan lansia posisinya sama, tidak ada yang lebih berisiko dibanding satu sama lain,” ujarnya.
Namun, dia menegaskan justru lansia menjadi kelompok orang-orang yang lebih prioritas untuk divaksin. Hal ini dikarenakan lansia lebih berisiko mendapatkan dampak fatal jika sampai terinfeksi covid 19. “Kasus kematian lansia yang terinfeksi covid dan lalu meninggal mencapai 47 persen,” ujarnya. Untuk itulah, lanjut Reveinal, lansia diprioritaskan untuk divaksin.
Dia mengatakan para lansia tidak perlu ragu karena BPOM telah menyatakan vaksinasi covid 19 aman untuk lansia. Selain juga telah banyak lansia nakes yang divaksin dan terbukti tidak ada efek yang berearti terjadi pada mereka, apalagi sampai meninggal karena divaksin.
Justru, tegas Raveinal, lansia lebih beresiko jika tidak divaksin. Ini dikarenakan bisa saja mereka mengalami dampak fatal jika sampai terinfeksi covid 19. Lansia, lanjut dia, sebagian besar memiliki penyakit penyerta dalam tubuh mereka, jenisnya beragam, bisa jantung, hipertensi, diabetes dan lain-lain. “Orang-orang dengan penyakit penyerta lebih berpotensi mengalami dampak fatal jika terinfeksi Covid-19,” ujarnya.
Oleh karena itulah Reveinal berharap para lansia baik itu yang berprofesi sebagai SDM kesehatan maupun masyarakat umum tidak ragu untuk divaksin. “Divaksin itu bukan hanya melindungi diri sendiri, tapi juga melindungi orang lain. Kita kan bisa saja menularkan pada istri, anak, cucu atau orang-orang lain di sekitar kitam,” ujarnya.
Menurut Reveinal, justru sebenarnya sebelum ada interuksi dari pemerintah pusat yang menyatakan lansia boleh dan prioritas divaksin, sudah banyak lansia nakes yang bertanya-tanya dan berharap untuk divaksin. Para lansia nakes ini, menurut dia, lebih paham dan mengerti pentingnya diri mereka divaksin.
“Biasanya kan memang orang-orang yang lebih tua ini lebih wise, lebih bijak dan jadi tempat tumpuan bertanya. Mereka mengerti pentingnya vaksin,” ujarnya.
Maka sejak pertengahan Februari, tambah dia, sudah banyak lansia nakes yang divaksin. Hingga sekarang masih ada yang belum dan masih menunggu giliran. Dia berharap hal ini bisa menjadi contoh untuk masyarakat umum, baik itu lansia atau bukan.
“Kita berharap secepatnya tercipta herd immunity (ketahanan kelompok) di Sumbar maupun Indonesia. Sehingga dampak pandemi bisa segera terkendali dan diakhiri,” ujarnya.
Agar hal itu terwujud, tegas Raveinal, harus ada banyak orang yang mau divaksin. semakin banyak semakin baik dengan begitu penularan covid 19 bisa ditekan drastis.(401)