Tetap Semangat, Hilangkan Pikiran Negatif

×

Tetap Semangat, Hilangkan Pikiran Negatif

Bagikan berita
Foto Tetap Semangat, Hilangkan Pikiran Negatif
Foto Tetap Semangat, Hilangkan Pikiran Negatif

OLeh Lenggogeni MENJADI pasien Covid-19 itu sama sekali tidak enak. Pikiran negatif selalu bergelayutan di pikiran Werry Darta Taifur, Komisaris PT Semen Padang dan mantan Rektor Universitas Andalas ini.

Pada Senin (2/11) pagi, slang infus yang dipasang di tangan kanannya sudah dilepas dan jarum infus tetap terpasang melanjutkan infus yang sama pada sore harinya.  Artinya, gerak sudah mulai relatif bebas berbagai keperluan. Namun badannya masih  terasa  panas, tambah lelah, karena kurang tidur dan nafsu makan semakin menurun.Sarapan pagi yang disediakan pagi itu tidak tertelan habis. Tetapi obat yang disediakan untuk pagi hari itu sekitar enam butir tablet segera diminum agar reaksinya cepat. "Setelah minum obat, saya berbaring lagi untuk  memulihkan rasa lelah dan berharap bisa tertidur," ucap Werry yang kala itu pikirannya bertambah berkecamuk dengan hal-hal negatif, terutama bagaimana kalau kondisi kesehatan bertambah buruknya, yakni pernah menjadi pasien di Rumah Sakit Harapan Kita dua tahun lalu. Hingga sekarang ia masih dalam kontrol ke dr Fadil, spesialis penyakit jantung.

Agar pikiran yang negatif ini tidak berlanjut terus, ia kembali mencoba mengalihkan pikiran mengingat dan mereka-reka dimana terpapar Covid 19 yang menghebohkan dunia tersebut. "Berdasarkan analisis laboratorium, saya baru dalam dua hari terpapar Covid-19. Berdasarkan penjelasan Dr Andani, berarti saya terpapar kira-kira Rabu (28/10) atau Kamis (29/10). Tetapi, yang pasti hari itu saya tidak memakai masker tanpa saya sengaja," kenangnya yang saat itu, tenaganya langsung kuat untuk mengambil wudhu Shalat Duha.Selesai shalat, Werry berbaring lagi. Tidak lama berbaring datang dr Marisa Ariyani bersama dua perawat dan menjelaskan tentang keadaannya  berdasarkan pemeriksaan darah di labor, hasil rongten dan lainnya. Kemudian Dokter Marisa menjelaskan prosedur dan standar penanganan, serta  dokter yang terlibat dan  bertanggungjawab dari tim yang dibentuk.

"Kondisi kesehatan saya disampaikan dr Marisa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena semua masih di labor dan pemeriksaaan diambang batas aman. Tentu saya bersyukur sekali kepada Allah SWT dengan penjelasan tersebut yang membuat suasana batin saya menjadi tenang," jelasnya.Kemudian dr Marisa menanyakan apa keluhan yang dirasakan. "Saya jelaskan badan masih terasa panas, berkeringat dan nafsu makan berkurang. Kemudian Dokter Marisa menjelaskan lagi semua gejala sementara sampai ada reaksi obat yang diberikan. Namun ia menjelaskan saya harus bersemangat, jangan sampai stres, tekanan darah jangan sampai naik dan makanan harus dihabiskan. Kalau saya tidak bersemangat, stres dan kurang tidur akan berdampak kepada kondisi kesehatan tubuh yang lain yang akhirnya bisa menyebabkan kondisi tubuh menjadi drop. Sebelum meninggalkan ruangan dokter Marisa berulang-ulang mengatakan bapak harus bersemangat, tidak boleh stres dan selalu berfikiran positif, jika badan tidak merasa panas, bapak setiap pagi hari berjemur dan olah ringan di lantai tujuh (paling atas)  gedung ini setiap hari," ucapnya.

Selasa (3/11), datang (visite) Masrul Basyar. Saat itu, dr Masrul menyatakan kondisinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, harus menjaga kondisi tubuh tidak boleh menurun, tidak boleh stres dan berfikiran negatif, enjoy saja, anggap ini tempat beristirahat saja, selera makan tidak boleh berkurang, harus dipaksanakan makan, tidur jangan sampai kurang. "Saya tidak ingin Prof lama-lama  dirawat  di rumah sakit, harus cepat keluar. Aman Prof dan semangat terus," ucap Werry menirukan kalimat dokter Masrul.Hebatnya, sebelum meninggalkannya, Dokter Masrul minta berfoto dan memintanya tidak seperti orang loyo.  "Luar biasa motovasi dan semangat yang dipompakan dokter Masrul," kenangnya.

Setelah bertemu kedua dokter tersebut, ia merenung lagi dan ulang-ulang apa yang disampaikan dua dokter ini.  "Keduanya memberi nasihat saya tidak boleh stres, berfikiran negatif, selera makan tidak boleh berkurang, makan harus habis dan lainnya. Dalam merenung tersebut, perasaan sunyi dan sepi mulai dirasakan lagi. Pikiran negatif muncul lagi karena teringat hasil pemeriksaaan darah yang rutin dilakukan selama ini," jelas Werry yang selalu mengulang-ulang ucapan kedua dokter tersebut."Kalau bapak stress, kurang tidur, kurang makan, bisa berakibat fatal terhadap kondisi tubuh lainnya, kami mempunyai record kesehatan bapak,” katanya.

Setelah beberapa kali diulang pesan itu, Werry bangkit, semangatnya muncul, ia tidak ingin menderita lebih lama. Oleh sebab itu, ia bertekad untuk melawan semua situasi yang akan dapat membuat kondisi menjadi drop.Situasi sendirian, tanpa bertemu orang dan suasana lingkungan rumah sakit memang tidak mudah  menghindari stres. Melawan stres dalam situasi dalam perawatan memang tidak mudah untuk dilalui. Kalau untuk memberi nasihat dan semangat mungkin tidak terlalu sulit melalui dan merasakannya.

"Tapi tekad saya sudah bulat, saya harus melawan rasa stres dengan berbagai cara dan diupayakan maksimal. Cara pertama  saya mendekatkan diri dan berserah diri kepada Allah SWT.  Saya sadar bahwa hanya kepada Allah SWT tempat bergantung dan berserah diri. Pada saat berangkat dari rumah, istri saya telah memasukan Alquran, buku doa-doa, dan buku lainnya ke dalam tas yang akan saya ke rumah sakit. Setelah perasaan dan suasana sepi menghantui  di tengah-tengah kesunyian, saya membaca Alquran, membaca doa dan zikir. Saya tidak menghidupkan TV dan juga tidak membuka internet, kebetulan sinyal di kamar 514 sangat rendah," jelasnya.Pada Rabu (4/11) ia mendapat kiriman buku zikir pagi dan zikir sore serta satu galon air zamzam dari Kadrial, adik kelas di SMP Dangung-Dangung. "Semakin banyak penuntun zikir yang dapat saya pedomani. Semua shalat sunat saya usahakan melaksanakan secara maksimal. Waktu saya untuk berangan-angan dan berfikiran negatif semakin berkurang dan suasana batin semakin tenang dan selera makan mulai bangkit, meskipun untuk tidur masih susah," jelasnya.

Ketika alat infus sudah dilepaskan semuanya dan badan terasa tidak telalu panas, kondisi semakin kuat, ia mencoba  puncak atau lantai paling atas  gedung SPH melalu petunjuk jalan yang telah tersedia pada Rabu (4/11). Sesampai di puncak gedung, ia mulai bertemu banyak orang yang berjemur dan jogging. Ketika bertemu banyak orang ini suasana batinnya langsung gembira dan dapat mengobrol dengan sesama penderita Covid-19. Rasa terkurung hilang dan melihat berbagai pemandangan yang luar biasa dari puncak gedung SPH."Melihat pasien berjemur dan jogging, saya bertambah bersemangat dan mengikuti cara-cara mereka. Saya ikut jogging dan berjemur serta  bertegur sapa satu sama lainnya. Dari pertemuan ini dapat banyak cerita tentang pengalaman masing-masing, ada yang sudah dirawat tiga minggu, belum juga negatif hasil swab-nya karena gula darah dan asam urat. Ada yang lima hari yang dirawat, sudah negatif hasilnya," tutur Werry yang hanya sebentar berjemur.

Sesampai di kamar, ia bertekad harus lebih sehat lagi agar bisa berjemur dan jogging dan bertemu dengan banyak orang setiap hari.  "Mulai hari itu saya tidak membiarkan makanan bersisa baik yang disediakan dari rumah sakit maupun yang diantarkan istri dan Atikah tiap hari ke Rumah Sakit. Selain itu saya berusaha menata kamar. Semenjak masuk SPH, saya  beraktivitas di atas tempat tidur. Suasana terus-menerus di atas tempat tidur sangat tidak menyenangkan dan  saya merasa sakit terus. Saya tidak merasa nyaman duduk bersimpuh lama-lama di atas tempat tidur. Perasaan saya terus tergiring seperti orang sakit. Untuk menghindari suasana yang tidak nyaman, saya mencoba meminta untuk disediakan satu kursi. Alhamdulillah dikabulkan permintaan saya tersebut, meja makan saya jadikan seperti meja kerja. Dengan tambahan satu kursi tersebut, suasana kamar berubah, saya bisa duduk seperti di meja kerja dan untuk membaca al quran dan kegiatan lainnya menjadi lebih nyaman, tidak perlu di atas tempat tidur," ucap Werry yang mengatakan perubahan suasana yang sedik ini, membuat batin saya tambah lebih nyaman dan dapat menjauhkan saya dari perasaan stres.Untuk mengurangi rasa selain mendekat diri kepada Allah SWT, mengalihkan kegiatan, bertemu dengan orang juga sangat perlu. Oleh sebab itu, jadwal berjemur dan berolahraga  adalah jadwal yang paling ditunggu oleh semua pasien yang sudah diizinkan untuk melakukan aktivitas. "Jangan lupa untuk taat pada protokol kesehatan agar tak terpapar seperti saya," pesannya. (selesai)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini