Tiada Lagi Habibie, Bapak Kemerdekaan Pers Indonesa

×

Tiada Lagi Habibie, Bapak Kemerdekaan Pers Indonesa

Sebarkan artikel ini
BJ. Habibie

Catatan Ilham Bintang

Saya masih reporter muda, bekerja di Harian Angkatan Bersenjata di tahun 80 an ketika Pak BJ Habibie menjabat Menteri Riset & Teknologi. Wilayah reportase saya bidang kebudayaan, namun beberapa kali di “bko” kan redaksi untuk meliput kegiatan di luar itu, termasuk meliput kegiatan Menristek BJ Habibie.

Itu sekitar 35 tahun lalu. Usia di bawah 30 an dan Pak Habibie belum 50 tahun. Bayangkan Pak Habibie di usia itu. “ Keliaran” imajinasinya luar biasa memukau. Bak motivator yang membongkar kesadaran banyak anak muda usia di bawah 30 tahun. Siapa anak muda yang tidak mengaguminya?

Kenangan bersama BJ Habibie. (*)

7 kali besarnya bumi 

Paling suka kalau dia berbicara dan menyinggung tentang kemampuan otak manusia. Itu baru pertama kali saya dengar. Dari beliau langsung. Dan, pengin terus mendengarnya. Saya lupa kapan persisnya dan dalam acara apa dia cerita itu. Yang saya ingat beliau bicara di Sukabumi.

“ Otak manusia itu kalau diurai seperti perangkat komputer, maka wadah yang diperlukan sebanyak tujuh kali besarnya bumi,” kata dia berapi- api. Sambil menatap wajah audiensnya. Satu persatu.

Baca Juga:  Politisi PKS Protes Pemblokiran Situs-situs Islam Secara Sembarangan

Saya ingat Sukabumi karena ada story juga di situ. Menjelang masuk gedung tempat acara, saya memergok pemandangan menarik. Sedan Volvo mobil dinas Menristek Habibie kehabisan bensin. Petugas sedang mengisi tangkinya dengan bensin dari jeriken. Waduh! Ini mobil menteri, menristek pula. Foto pemandangan itu menjadi foto utama Harian Angkatan Bersenjata yang terbit keesokan harinya.

Di kantor, sekretaris redaksi menyampaikan Pak Habibie marah. Tadi staf kementerian menelpon. Saya tidak percaya itu. Pak Habibie seorang demokrat. Mana mau urusin soal itu. Pikir saya mestinya beliau senang, warga masyarakat ikut mengawasi hal apapun menyangkut dia. Saya menghubungi balik staf kementerian itu. “ Anda bisa jelaskan nggak secara teknis rusaknya seperti apa kalau mobil diisi dengan bensin dari jeriken,” tanyanya gusar. Saya diam tetapi tertawa dalam hati. Marah seperti itu bukan kebiasaan Pak Habibie.

“ Saya tidak tahu Pak. Saya juga tidak menuliskan mobil bisa rusak jika diisi dengan bensin jeriken. Saya malah berharap sekali penjelasan teknis dari Bapak jika kebalikannya yang terjadi ,” sahut saya tenang. Tapi cerita itu tidak berlanjut. Seperti kalau kejadian seperti itu menyangkut menteri lain.