
AROSUKA – Tigo Lurah tetap menjadi kecamatan paling terpencil di Kabupaten Solok karena letaknya yang jauh dari pusat pemerintahan di Arosuka. Sekalipun terpencil, daerah ini tidak lagi bisa dikatakan sebagai daerah tertinggal karena setiap nagari sudah memiliki SD dan SMP, di pusat kecamatan di Batu Bajanjang juga sudah ada sebuah SMA.
“Sebaiknya jangan sekarang ke Tigo Lurah,” ujar Syofian kepada Singgalang. Ia berharap perjalanan lancar pulang pergi. Pada musim hujan ini rawan longsor, jalan pun belum semuanya beraspal. Bisa saja terjebak di jalan berlumpur.
Hujan dalam sepekan terakhir tiada henti mengguyur Kabupaten Solok, termasuk kawasan Tigo Lurah. Apalagi jalan ke Rangking Luluih belum beraspal. Jalan penuh tanjakan, dan licin saat musim hujan. Bukan saja kendaraan roda empat, kendaraan roda dua pun kesulitan mencapai pusat pemerintahan yang berada di Kapujan ini.
Dibandingkan lima dan sepuluh tahun lalu, jalan ke Tigo Lurah sudah jauh lebih baik. Misalnya dari Sirukam, Kecamatan Payung Sekali hingga ke Simanau, nagari pertama di Tigo Lurah dari arah Sirukam ini, sudah banyak yang diaspal.
Bahkan dari Simanau ke Kapujan aspalnya masih mulus karena baru saja diaspal. Bahkan hingga minggu kedua Desember 2016 ini masih terlihat para pekerja melakukan finishing dengan menimbun bahu jalan.
“Kalau ke Tigo Lurah sebaiknya jangan lagi melalui Sungai Nanam,” saran Novi.
Sebelumnya sejak dibuka jalan Sungai Nanam-Kapujan, ia lebih memilih jalan ini karena lebih dekat. Sekalipun belum diaspal, tetapi bisa dilalui dengan lancar.
Apalagi ketika baru dibuka oleh perusahaan tambang biji besi. Namun sekarang biji besi tak ditambang lagi, jalan banyak yang rusak, selain tertimbun material longsor, jalan pun sudah banyak berlobang.
“Jalan tersebut sekarang juga sudah menyemak,” tambahnya. Karena sudah jarang dilalui, maka pembersihan jalan ini pun nyaris tidak pernah dilakukan. Apalagi dari Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti memang belum ada yang diaspal.
Sebagai daerah paling terpencil, Tigo Lurah menjadi perhatikan bagi Pemkab Solok.
Karena setiap tahun tetap ada dana yang dialirkan ke Kecamatan ini. Hanya saja pembangunan jalan terkendala oleh posisi daerah ini sebagai hutan lindung dan masuk paru-paru dunia.
Karena itulah Nagari Garabak Data misalnya, hingga kini masih berjuang untuk menikmati jalan beraspal. Nagari yang berbatasan dengan Dharnasraya ini belum tersentuh aspal.
Pemerintah Kabupaten Solok maupun Pemprov Sumbar pernah menganggarkan dana miliaran rupiah untuk membuka akses jalan ke nagari ini, tetapi gagal terwujud karena tidak adanya izin pemanfaatan lahan tersebut dari pusat.
Perjuangan Tigo Lurah bukan hanya dalam hubungan transportasi darat. Hingga sekarang warga juga belum bisa mengakses internet atau menggunakan handphone dengan leluasa karena tidak semua lokasi ada signal handphone tersebut.
Perjuangan Tigo Lurah harus terus dilakukan. Berjuang mendapatkan jalan beraspal, berjuang mendapatkan arus komunikasi melalui handphone dan berjuang untuk mengatasi ketertinggalan dari kecamatan lain. Bisa jadi perjuangan masih panjang bakal dilalui, tetapi perjuangan harus diteruskan. (waitlem)