Lepas magrib pintu kamarnya diketuk perlahan. Dia ingat baru memesan makanan kesukaannya: iga bakar dan omelet tebal.Ketika pintu dibuka, gadis Kù Klux Klan yang tadi hampir membunuhnya, namanya Young, menerobos masuk!
Langsung duduk di sofa dekat kaca besar.Melewati si Bungsu yang masih tertegak di pintu memakai bathrobe, kimono putih berbahan handuk yg memang selalu disediakan hotel untuk para tamu.
"Tutup pintu...please..." ujar gadis itu sambil menyalakan korek api, membakar ujung rokok yang terselip di bibirnya.Si Bungsu menutup pintu, bukan karena 'perintah' gadis itu. Tapi karena pintu kamar hotel memang sebaiknya selalu tertutup.
Lewat HP iseng-iseng si Bungsu mencari rumah makan Padang di Google.Dia menemukan restoran tersebut. Di depannya tertulis Upi' Jaya; dengan gambar rumah bagonjong kecil di tengahnya.
Di bawahnya dengan huruf-huruf lebih kecil ada tulisan Authentic Indonesian Cuisine.Beda dengan restoran Padang di Indonesia, yang seluruh lauk pauk disusun berjajar dan 'dipamerkan' di depan ruang berkaca terang, di restoran ini lauk pauknya baru kelihatan kalau sudah berada di dalam.Authentic Indonesian Cuisine, Makanan Asli Indonesia. Ada yang tidak pas dengan arti kata-kata itu. Di mejanya dihidangkan gulai cancang.Ramuannya sebagian mungkin dari Indonesia. Sebagian lagi pasti tidak. Semisal garam dan daging. Ga mungkinlah mengirim daging sapi atau kerbau dari Padang. Hehe he...
Tapi, selain lauk pauk yang tidak dipamerkan lewat kaca besar itu, yang mengagumkan, tepatnya mengagetkan, adalah seluruh karyawan rumah makan itu ternyata orang Padang.Tukang sanduak maupun tukang tatiang. Tentu saja sesama mereka semua berbicara dengan bahasa Padang.
Jangan sangka mereka tak bisa bahasa Inggris. Semua cas-cis-cus kalau berbahasa Inggris.
Editor : Eriandi
