Mereka masih berkumpul di ruang yang berada di atas bunker itu, dan Syekh tersebut baru saja menekan sebuah tombol di balik gambar di dinding, untuk membuka lantai menuju ke basemen, ketika semua orang tertegun melihat Abdillah menodongkan pistol ke arah Syekh al-Khalif.“Ada apa ini Abdillah...” ujar isteri Syekh dengan suara keras.
Anak itu tegak agak jauh, menghadap kepada mereka semua.“Maaf, saya ingin memberi tahu, ayah saya, adik kandung paman Syekh al- Khalif, tiga tahun yang lalu dibunuh NIIS atas perintah paman Syekh..!” ujarnya.
“Bicara apa kamu, Abidin..!” ujar Syekh dengan keras, sambil melangkah mendekati ponakannya tersebut.Namun langkahnya terhenti, tatkala pistol di tangan Abidin menyalak.Semua pada tertegun.
“Sebelum meninggal ayah berbisik kepada ibu, bahwa ayah yang anti NIIS, ditembak NIIS atas perintah paman.Ibu menyampaikannya kepada kami tiga beradik. Dua abang saya tewas oleh NIIS, tiga tahun yang lalu. Saya tak tahu atau perintah siapa,” ujarnya sambil tetap menodongkan pistol.Syekh al-Khalif, yang menganggap ponakannya itu masih anak-anak, melangkah mendekati. Namun sebuh letusan membuat Syekh itu terpekik.Pahanya ditembus peluru. Dia terduduk. Darah... (bersambung)
Editor : Eriandi
