MEREKA bertugas tidak hanya memerangi ISIS, yang kejamnya amat luar biasa, dengan bertopeng mendirikan Negara Islam. Mereka juga menjaga keselamatan warga sipil Irak. Ada perbedaan yang nyata antara memerangi ISIS dengan menjaga keselamatan warga sipil.
Pasukan Amerika ditempatkan di Al Basrah, juga di Baghdad dan kota2 lain, karena kota Al Basrah tempat ISIS merekrut anggota dari kota-kota disekitarnya. Seperti Al Qurnab, Az Zubay, maupun Kota Abadan yg persis berada di perbatasan Iran.
-o0o-
Ternyata kasus sopir yang “tidak mematuhi” perintah si Letnan itu tidak berhenti hanya di situ. Dia juga menembakkan granat yang membunuh tiga orang tentara ISIS.
Sebenarnya dia tidak “diperiksa”, dia lebih tepat ditanya dengan perasaan kagum. Si letnan wanita itu, yang sebelumnya di Kirkuk, baru seminggu di Al Basarah. Begitu tiba di markas, dia segera memeriksa nama dan identitas pasukan yang ditempatkan di Al Basarah.
Lebih khusus lagi, dia ingin tahu siapa nama dan latar belakang sopir tersebut. Si sopir ternyata sopir dadakan. Negara asal sopir itu membuat dia ragu.
Negeri asal sopir dadakan itu, bagi mereka orang2 Amerika dan Eropah, adalah sebuah negeri yang masih amat terbelakang. Mengapa ada orang dari negeri yang terbelakang itu bisa berada di pasukan Amerika, kendati hanya menjadi sopir?
Dia menanyakan “keanehan” itu kepada kapten yang menjadi komandan mereka di kota Al Basrah.
“Ada masalah dengan dia?” tanya kapten tersebut.
“Tidak, hanya heran. Mengapa sipil dari negeri terbelakang tiba-tiba bisa menjadi sopir tentara Amerika”
“Barangkali karena saat itu tak ada yang bisa jadi sopir.”
“Sejak kapan dia di pasukan kita?”
“Sekitar sebulan.”
(bersambung)
